Page 158 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 158

149



         mau ke mana?"
              "Eh, nggak sih, Aku nggak akan ke mana-mana. Lupa-
         kan apa yang kukatakan tadi."
              Segera saja kulupakan apa yang dikatakannya itu. Aku
         sama sekali nggak pernah menyangka kalau perkataannya
         itu beralasan. Aku sama sekali nggak punya feeling kalau ....
              Hari-harl  berlalu  begitu  cepat.  Musim  sillh  berganti
         mengisi  keceriaan  yang  kini  telah  kudapatkan  lagi  dari
         Albert. Kesepian dan kesendirlan seolah tak ada lagi buatku.
              Kini bulan Desember. Kota kembang basah kuyup. Su-
         dah seminggu Albert tak ada di sisiku. Tak ketahuan kabar-
         nya. Aku benar-benar bingung dibuatnya. Apakah la bosan
         terhadap diriku yang buta ini? Atau marahkah dia padaku?
         Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkecamuk dalam pikiran-
         ku.
              "Ma, kok Albeit nggak datang sih seminggu ini, Tiga
         kali aku harus menantinya, tapi ia nggak telepon atau mem-
         beri kabar," kataku cemas pada suatu hari bulan Desember
        itu.
              "Mungkin sedang sibuk sama kuliahnya, jadi ia nggak
         bisa datang," Mama berusaha menenangkanku.
              Beberapa hari kemudian, suara telepon menyentakku.
        Tiba-tiba aku punya firasat kalau ada sesuatu yang buruk
        yang bakal terjadi. Benarsaja, Mama bergegas mengangkat-
        nya dan tak lama kemudian menyampaikan kabar buruk itu
        padaku.
             "Alma ..., Albert sekarang ada di rumah sakit. Ternyata
        sudah seminggu ia ada di sana. Tadi ada orang tuanya ber-
        kata Albert ingln bertemu denganmu," kata Mama agak gu-
        gup.
             "Ia kenapa> Ma?" aku benar-benar terkejut dibuatnya.
             "Nggak tahu, pokoknya kita berangkat ke sana seka
        rang."
              Aku ke rumah sakit. Orang tua Albert langsung me-
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163