Page 170 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 170

161



         karena fliereka fnempunyai'^ajah^ntik.^^^1^^
         la ken^ali lertawa. Seharusflya ia bersyukur meii;ipunyai te-
        fnan seorang pangeran, pikir Lia.
              Mulai saat itu 4ia berusaha melupakannya. Dia berusa-
         ha agar tidak berbicara dengan Yo. Lia menyuruh Desty du-
         duk sebangku dengannya. Itu semua dimaksudkan agar se-
         mua perasaan cintanya kepada Yo hilang untuk seiamanya.
              Sampal pada suatu hari ia menemukan sepucuk surat
         dl bawah bangkunya dan surat Itu berisi:


              Wahai Adinda.
              Aku tak kuasa menanti terlalu lama waktu berjalan. Te-
              tapi, amarah tak kunjung sirna. Sama sekali beium pa-
              dam. Llhatlah hatiku Adinda. Terlanjurkah kau luka.
              Berharap amarahmu padam.
              Kapankah itu?


              Apa-apaan in!! Mungkinkah surat in! untukku? Tap!, da-
         ri siapa. Mungkinkah surat anak lain  yang secara tidak se-
         ngaja ditinggalkan di sini. Atau ini ulah Ines atau mungkin
        juga surat ini dari Yo. Tapi, ah itu tidak mungkin, bukankah
         akhir-akhir ini dia sedang dekat dengan Ines atau memang
         benar ini ulah Ines untuk mengolok-olokku saja. Tidak, itu
         bukan buat diriku. Aku tak mau berharap lebih tinggi. Se
         mua itu  hanya kebetulan dan aku tidak boleh memikirkan-
         nya. Aku harus konsekuen dengan prinsipku. Aku harus ...!
         Aku terdiam.
              Sret....
              "Oh sobek," kataku dalam hati.
              "Oh surat, dari siapa kutu buku, coba kubaca ... oh ini
        kan suratku kemarin, aku meninggalkannya. Surat ini kau
        tahu siapa pengirimnya. Ah, kau pasti terkejut mendengar-
         nya. lya nggak teman-teman," katanya.
              "BetuI," seperti koor teman Ines mendukungnya. Se-
   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175