Page 171 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 171
162
mentara teman-teman lain tersenyum-senyum sendiri, entah
menertawakan apa? Tap!, apa mungkin mereka menertawa-
kan diriku?" batin Lla menerka-nerka.
Ines berlalu dengan teman-temannya. Aku pun berta-
nya-tanya slapa yang mengirim surat itu pada Ines. Ternya-
ta teman'teman pun datang mengerumunl aku dan berkata
bahwa yang mengirim surat itu adalah Yq.
"Oh Godl Bukan hanya terkejut. Ya Tuhan, mengkinkah
itu, ternyata dugaanku benar hanya Ines yang berada daiam
hatinya. Ingin rasanya aku berteriak, menangis. Oh Yo, pa-
ngeranku!" kata Lia daiam hati.
Kesedihanaku itu dibawa ke rumah. Mama pun berta-
nya pada Lia, tap! ia tak hiraukan. Lia segera menumpahkan
semua kesedihannya ke semua barang-barang yang ada da
iam kamarnya. Mamanya mengetuk pintu dan membukanya.
Lia tak berkata apa pun kepada mamanya, tapi mamanya
terus saja menceramahi Lia hingga tertidur.
Hari sudah sore, Lia sedang membaca majalah ketika
mamanya memberitahu bahwa di bawah ada teman yang
menglinjunginya. Lia pikir Desty yang datang, tapi!
"Yo, kaukah itu? Sungguh aku tak percaya. Bukan
Desty. Ah, apakah aku masih tidur sambil betjalan. Tapi, se-
nyuman itu senyuman Yo?" batin Lia tak percaya.
Dengan rambut acak-acakan dia menyapa Lia, "Hai Lia,
apa kabar?" tanyanya ramah,
"Baik," jawabnya singkat. Ia masih tak percaya makh-
iuk di depanku ini bernama Yo.
"Tak kusangka, kau lebih cantik tanpa kacamata tebal-
mu itu," ucapnya begitu Lia duduk di hadapannyav
Seraya menatap Lia, Yo berkata "Lia," ucap Yo.
Kemudian, kami berhenti bicara lama. Lama sekall
sampai akhirnya mama datang membawakan dua gelas air
jeruk di gelas besar untuk kamr berdua. Mamanya pun ber-
bicara dengan Yo dan Lic^melamon sendiri karena semua pi-

