Page 174 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 174

HARAPAN TERAKHIR
       Farah Diana Adhltaputri





       II Oayang ... kayaknya kita sudah meiampaui batas ...,"
         "Oucap Dimas yang menolakku dengan nada halus dan
       mampu membuatku terus berpikir semalaman. Membuatku
       merasa malu dan rasanya ingin tenggelam ke dalam bum!.
       Aku berdiam diri seharian di apartemenku dan aku tidak ta
       bu mau bicara apa ketika Dimas menelepon dan mengajakku
       menghadiri uiang tahun temannya.
             Bei telepon tamu apartemenku berbunyi. Aku membu-
       kakan pintu otomatis agar Dimas bisa  masuk dan naik ke
       kamar apartemenku di iantai paling atas gedung ini.
            "Halo sayang ...," ucap Dimas ketika kubukakan pintu
       sambil menyodorkann se-bouqet bunga.
            "Hum ... aku sedikit nggak enak badan! Jadi, belum
       siap!" ucapku.
            "Kamu kenapa sih? Pasti ada apa-apa? Kayaknya ada
       yang kamu tutup-tutupi semenjak aku teiepon!" ucap Dimas
       menebak.
            "Nggak apa-apa! Kamu mau minum apa? tanyaku sam
       bil memindahkan bunga ke vas bunga di atas meja dapur.
            "Kamu kenapa, sih? Kok nggak mau cerita?" tanya Di
       mas sambil memeluk pinggangku.
            "Nggak ada apa-apa kok, yang! Aku ganti baju dulu,
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179