Page 199 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 199

190



               Aku menatapnya dengan pandangan, 'bagaimana Isisa?'
          Dia tei^enyum lembutsambil mengusap air mata dl pipiku.
               "Kenanglah aku, tap! jangan terpaku padaku, aku tak
          pernah ingin rneninggaikanmu. Berjanjilah untuk hidup de
          ngan normal, jangan sla-siakan usahaku seiama in!!"
               Dalam benakku teriintas ketakutan yang amat besar,
          aku akan benar-benar sendlrlan, pikirku. Agaknya la mema-
          hami ketakutanku, ia  menggenggam tanganku, menarikku
          bangkit menuju jendela.
               "Kemari sebentar," ucapnya iembut. Ia membuka jen
          dela lebar-lebar.
               "RIn, kamu lihat langit yang cantik Itu? Ada ribuan bln-
          tang dl sana, setlap bintang untuk setlap kenangan manis
          yang  kita  buat." Perlahan aku  mulal  merasa ketenangan
          mengallr dalam dadaku.
               "Nah, yang satu Itu, 11 hat nggak?" tanyanya sambl! me-
          nunjuk salah satu bintang yang paling terang.
               Aku mengangguk.
               "Kalau kamu Ingat aku, carllah bintang yang cantik Itu,
          cantik, seperti hatlmu. Aku akan ada dl sana untukmu. Ll-
          hatlah ke sana supaya kamu tahu, aku akan selalu ada un
          tukmu. Mau kan?" tanyanya lagl Aku mengangguk dan ter-
          senyum.
               Perlahan, bayangan rantal besi Itu mulal menghllang, la
          tersenyum sambll mellhatku dengan bangga.
               "Kamu maslh pakal lonceng keel! yang aku berl padamu
          waktu kIta kecll dulu?" kedua allsnya terangkat ketlka mell-
          hat lonceng Itu dl leherku.
                Aku mengulurkan tanganku ke leher, melepaskan lon
          ceng Itu  darl tallnya. Kuulurkan lonceng Itu  padanya, la
          mengamatinya  sejenak  lalu  mengemballkannya  padaku.
          Lonceng Itu kellhatan bercahaya dalam genggamannya. Un
          tuk pertama kalinya kulihat dIa menangls.
               "Malnkan lagu Itu untukku, RIn," la tersenyum haru.
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204