Page 200 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 200

191



              Aku mengulurkan tanganku, kuusap air mata di pipinya
        yang dingin.
             "Aku sayang kamu, Lang" bislkku llrlh.
              la membalasnya "Aku juga, Rin. Seiamanya. Kutunggu
        kamu di surga," suaranya sekarang penuh kedamaian. la
        tersenyum, senyum yang paling indah yang pernah kulihat
        seumur hidupku. Sosoknya mulai mengabur dan menghilang
        dari pandangan. Aku mendekap erat ionceng kecil itu dekat
        di dadaku, air mataku meieleh, entah lega atau kecewa ....
              Aku membuka mataku perlahan, butuh beberapa menit
        untuk menyadari aku berbaring di atas tempat tidur Gaiang,
        cuma mimpi... pikirku  kecewa. Di sampingku, tante Noer
        menatapku dengan cemas.
             "Kamu nggak apa-apa, Rin?"
              Aku menggeleng.
             "Apa kepalamu terbentur?" tanyanya lagi.
              Aku memang merasa pening, kuulurkan tangan ke ke-
        palaku, hendak memeriksa apa ada benturan, tiba-tiba aku
        merasakan ionceng itu ada dalam genggamanku, bukan di-
        kalungkan di ieherku, aku jadi bertanya-tanya, apakah itu
        bukan mimpi? "Gaiang, dl sini?" desisku pelan. Tiba-tiba aku
        bangkit dengan cepat, menuju jendela.
             "Rin, ..." Tante Noer memanggilku dengan nada kha-
        watir.
             Aku tak peduli, aku membuka jendela lebar-lebar, ku
        lihat bintang di atas sana, sebuah bintang berkitat dengan
        begitu terang, seolah mengedipkan mata padaku. Aku me-
        natap Ionceng itu lamat-lamat, itu bukan mimpi, tadi Gaiang
        memang ada di sini. Aku membunyikan Ionceng itu  perla
        han. Ya/ Gaiang, kau di sintv bersamaku, seiamanya. Aku ta
        bu kau disini darr Ionceng itu akan kubunyikan setiap kali
        aku mertndukannmu, lagu sederhana, laguku untuk Gaiang.
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205