Page 202 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 202

193



        ngan tidak digaji sampai cukup dengan harga vas itu."
             "Bagus, kamu sadari itu. Dia sendiri yang bllang, bukan
        Disna, Bu." Kataku lalu aku pergi dari hadapan Ibu dan Mbok
        Yem.
             Sore harinya di  ruang tengah aku menghampiri Ibu
        yang sedang membaea koran.
             "Bu, Disna mau bicara," kataku pelan.
             "Kenapa Ibu selalu membela Mbok Yem bila Disna se
        dang memarahinya? Disna memarahinya agar dia sadar po-
        sisinya di rumah ini."
             Ibu berdiri dan menjawab dengan iantang.
              Apa-apaan kamu Disna? Kamu tidak boleh berkata se-
        perti itu. Bagaimanapun dia itu  manusia, Mbok Yem sebe-
        narnya ...."
             "Sebenarnya apa, Bu?" potongku.
             "Sudahlah ibu tak mau membicarakan hal ini iagi. Ibu
        hanya mau tahu kamu bersikap baik dengan si Mbok titik!"
       jawab Ibu lalu pergi dari hadapanku.
             Ada apa sebenarnya Ibu dan Mbok Yem. Mungkinkah
       dia .... Tak sempat aku melanjutkan lamunanku dikejutkan
       suara mobil di depan. Pasti itu ayah.
              Sudahlah, vas itu 'kan Ayah bisa beli Iagi," jawab ayah
        bijak setelah aku menceritakan perihal vas itu.
             "Tapi, Yah, ..." kataku.
            "Sudah. Ayah mau ganti baju dulu," lanjut ayah iaiu
       melangkah ke kamar.
             Malam hari aku merenung tentang perilaku Mbok Yem.
       Sampai aku terperanjat oleh ketukan pintu di kamarku.
            "Siapa?" tanyaku.
            "Saya, Non," jawab Mbok Yem. >Klek" suara  pintu
       terbuka. "Maaf Non, saya mau mengantar susu. ini," tawar
       Mbok Yem.
            "Kamu tahu nggak? Aku tadi baru tidur, malah. diba-
       ngunkan!" sambutku dan pyarr suara gelas berisTsusu pe-
   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207