Page 204 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 204

195



         gam tangan Mbok Yem.
              "Hentikan semua ini  Disna! Hentikan! Kamu memang
         anak kurang ajar. Kamu tahu siapa yang kamu perlakukan
         seperti itu? Dia itu    jawab Ibu marah."
              "Siapa! Siapa dial" tanyaku lantang.
              "Sudahlah Bu .../'ayah menengahi.
              "Biar. Anak ini supaya tahu siapa wanita yang diperla-
         kukan tak layak ini," jawab Ibu sambil memeluk Mbok Yem.
              "Siapa Yah? katakan," tanyaku berharap.
              "Ibumu! Ibu kandungmu," sela Ibu dengan air  mata
         berlinang.
              Aku menoleh. "Ibuku?" kataku lirih.
              "Tidak. Ibumu bohong Non," kata Mbok Yem menjawab
         pertanyaanku.
              "Sudahlah Mbok jangan ditutupi lagi, biar Disna tahu
        siapa sebenarnya wanita yang selalu dicacinya," sela Ibu.
              "Tidaaaki Semua ini bohong ...."
                                     ***
              Sebulan telah berlalu meninggalkan cerita pahit. Sebu-
        lan pulalah Mbok Yem pergi dari rumah ini. Ayah dan Ibu se-
        dih. Aku? Aku tidak karena bagiku Ibuku adalah Ibuku yang
        sekarang, bukan Mbok Yem atau siapa pun. Dan, dalam se
        bulan inilah Ayah menasehatiku agar menerima Mbok Yem
        sebagai Ibu kandungku.
             "Bu Cahya, Ibumu, sakit Nak. la terkena kanker da-
        rah," kata Ibu memberitahuku yang duduk membaca koran.
        Bu Cahya dialah Mbok Yem, nama panggilan akrab dikam-

        pungnya.
             "Biar saja dia mati sekalian. Disna tidak peduli kalau-
        pun dia Ibuku, mengapa dia membunuh suaminya sendiri,
        Ayahku sendiri?" jawabku. Pertanyaan seperti itulah  yang
        selalu  aku lontarkan. Ibu hanya diam dan akhirnya air mata
        pun jatuh di pipiku.
             "Bagaimana pun juga dia Ibu kandungmu. Dia yang
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209