Page 203 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 203

194



          cah. "Bersihkan! Eh ... malah nangis! Biar dikasihani ya, lalu
           Ayah dan Ibu memarahi aku. Gitu!" bentakku lagi. "Cepat
          ambil pecahannya! Kok, malah bengong. Ingin dihajar, ya?"
                "Ampun Non, saya tidak bermaksud seperti yang Non
           katakan," jawab mbok Yem.
                "AlasanI" jawabku lalu menlnggalkan Mbok Yem menu-
          ju ruang makan.
                "Bu, ada koran lama nggak? Disna ada tugas disuruh
           buat kliping," tanyaku habis sarapan.
                "Di gudang," jawab Ibu singkat sambil membereskan
           piring. Aku menuju gudang.
                "Oh, itu dia," gumamku.
                "Seorang istri  membunuh suami," wah, sadls sekall,
           pikirku. Akupun membaca dari awal hingga akhir. Cahyani
          Yemtini, nama pembunuh itu. Aku perhatikan wajah pembu-
           nuh  Itu  walaupun terlihat  dari samping dalam  situasi  di
           pengadilan. Ini kan ....
                Aku berlari ke ruang tengah. Kutemukan ayah, Ibu, dan
           mbok Yem.
                "Mbok Yem, siapa nama panjangmu?" tanyaku tak sa-
           bar.
                "Cahyani Yemtini," jawab Mbok Yem tanda tanya.
                Darahku serasa mendidih, udarapun menjadi panas.
                "Dasar pembunuh! Pergi dari rumah ini, pergil" kataku
          tanpa ba-bi-bu lagi menyeret tubuh Mbok Yem.
               "Ampun Non, saya tidak tahu apa-apa, sungguh," rintih
           Mbok Yem.
                "Disna kamu Ini apa-apaan! Lepaskan Mbok Yem!" ben-
          tak Ibu dengan wajah marah."
                "Baik. Disna lepaskan. LIhat koran ini. Dia membunuh
          suaminya sendiri, Bu. Lihat Yah, Disna tidak  bohong. Ini
           buktinya. Benar kan, Bu? Mbok Yem pembunuh. Dia pembu
           nuh," lanjutku.
                Ibu menatap tajam ke arahku yang masih menggeng-
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208