Page 36 - Microsoft Word - AA. Navis - Rubuhnya Surau Kami _Kumpulan Cerpen_
P. 36
pun menyangka yang mencuri seorang letnan. Lebih tidak ada yang menduga kalau
letnan itu mencuri gundar sepatu sersan yang anak buahnya. Bahkan tidak ada yang
tidak heran, kalau sersan itu sampai kalap hingga menodongkan pestol karena
hilangnya sebuah gundar sepatu saja. Apa benarlah pentingnya gundar sepatu.
Peristiwa itu sampai ke telinga komandan batalyon. Menurutnya, seorang sersan
menodongkan pestol kepada seorang letnan itu merupakan pelanggaran berat. Benar-
benar berat. Si sersan ditangkap. Tapi di daerah gerilya mana ada rumah tahanan
provos. Namun hukuman tetap dijatuhkan. Pestolnya dilucuti. Pangkatnya diturunkan
jadi kopral. Nyalinya pun copot. Dalam pemeriksaan, dia mengaku sangat marah
karena gundar sepatunya dicuri.
Mendengar laporan bahwa seorang letnan sampai mau mencuri gundar sepatu anak
buahnya sendiri, Mayor Segeh yang komandan batalyon, memanggil Letnan Tondeh.
Tidak masuk pada akalnya, seorang perwira yang kemana-mana memakai sandal
dari ban bekas mobil, sampai mau mencuri gundar sepatu anak buahnya sendiri.
"Mencuri gundar sepatu lagi. Itu merusak martabat perwira namanya. Bikin malu
kamu. Bagaimana mungkin kita bisa menang perang kalau perwira sudah sampai mau
mencuri milik anak buah sendiri. Bagaimana macamnya republik ini bila perwiranya
sekonyol kamu?" kata Mayor Segeh kepada Letnan Tondeh.
"Gundar sepatu saya hilang. Saya perlu gantinya." kata letnan itu.
"Buat apa gundar sepatu, toh, kamu tidak pakai sepatu?"
Dan ketika komandan mendengar keterangan letnan itu arti gundar sepatu bagi diri
sendiri, si Mayor tertawa terpingkal-pingkal sampai air matanya berderai. Kemudian,
setelah ujung ketawanya mereda, kata mayor itu: "Jadi? Setiap malam, setiap
matamu tidak bisa tidur, kamu elus bulu gundar sepatu itu dengan ujung jarimu.
Begitu?"
"Ya. Begitulah."
"Kenapa kamu tidak kawin saja?"
"Teman-teman sudah ambil semua, Mayor. Malah ada yang ambil dua." jawab Letnan
Tondeh.
"Jangan menyindir, ya?" kata Mayor Segeh sambil memlototkan matanya, karena
selama perang mayor itu sudah punya dua bini.
Menurut desas-desus, setelah peristiwa itu, banyak gundar sepatu dipesan ke kota oleh
orang-orang di daerah gerilya itu. Mereka membawa gundar sepatu kemana pun
mereka pergi.
Ya, setelah desas-desus yang sampai ke telinga Si Dali, lalu Si Dali bercerita.
"Tak lama setelah heboh gundar sepatu itu daerah kedudukan pasukan kami diserbu
musuh. Kami sempat menyingkir ke hutan. Beruntunglah tak seorang pun yang