Page 39 - Microsoft Word - AA. Navis - Rubuhnya Surau Kami _Kumpulan Cerpen_
P. 39
paling Maruhum hanya akan jadi klerk sebagaimana yang diceritakannya kepadaku.
Demikian Mayor Segeh. Demikian pula Letnan Tondeh. Namun Maruhum merasa
kehilangan pada akhir perang kemerdekaan ini. Kenapa?
"Aku kehilangan gara-gara gundar sepatu." katanya pula setelah lama kami sama-sama
terdiam.
"Hah?" sergahku karena tidak tahu apa hubungannya.
"Kepada Si One, perempuan pedagang yang keluar masuk kota itu aku titip surat
untuk istriku. Minta dikirimi gundar sepatu. Kata istriku dalam surat balasannya:
"Gundar sepatu kamu sudah tiada. Untuk pengganti aku kirim yang lain." Bung tahu
apa yang dia kirim?"
Tanpa menunggu jawabanku Maruhum berkata dengan suara yang parau: "Pasti dia
punya gendak. Lalu dikiriminya aku gundar kamar mandi usang dari ijuk yang kasar".
Ketika aku ketemu Si One, perempuan yang pedagang keluar masuk kota itu, aku
tanyai dia. Sebagaimana orang desa yang biasanya polos, dia ceritakan fungsi gundar
sepatu di daerah gerilya pada istri Maruhum. Dan perempuan itu, katanya, marah
sekali sampai bercarut-carut.
Dalam hatiku, perempuan mana yang tidak sakit hati, bila diduai. Apalagi dengan
gundar sepatu.
Kayutanam, 17 Juni 1997
Inyik Lunak Si Tukang Canang
Pada masa PRRI, Otang, teman Si Dali, pulang kampung. Seperti banyak orang lain
sebelum APRI menyerbu. Otang seorang gembong. Juga bukan pegawai negeri. Kalau
Otang pulang kampung juga, hanyalah karena alasan khusus. Katanya, karena solider
pada Pak Natsir, tokoh idolanya, yang mengirimnya magang di peternakan Amerika
di Florida selama setahun. Tapi pengetahuan peternakannya itu tidak bisa
dipraktikkan di kampungnya. Selain hambatan sosial budaya, juga oleh masalah
modal. Karena itu dia menetap saja di Jakarta. Menunggu perobahan kondisi dan
situasi yang akan dapat mengangkat martabat dirinya.
Katanya, betapa dia tidak akan solider. Dari seorang berayah pemilik warung, lalu
berkesempatan melihat Amerika yang serba wah seperti yang diangankannya ketika
nonton film-filmnya. Bahkan lebih daripada solider itu, ialah karena perasaan malu
pada diri sendiri bila tidak solider. Otang menikah sebelum dia ke Amerika. Alasan
orang tuanya di kampung, agar Otang tidak kecantol pada gadis di sana, lalu tidak
mau pulang lagi. Pada mulanya Otang keberatan. Namun segera saja dia setuju demi
ketemu calon istri yang secantik bintang film Titien Sumarni. Bedanya hanya tanpa
tahi lalat di bibir atas. Ketika kembali ke kampung karena ikut PRRI, dia sudah punya
dua anak. Dan selama di kampung dia tidak bekerja apapun. Memang tidak ada
yang bisa dikerjakannya. Karena semenjak sekolah di kampung sampai ke Amerika
pun dia tidak belajar untuk bekerja. Dia belajar untuk jadi orang tahu tentang
berbagai ilmu. Dalam masa perang ilmu tidak berguna. Yang diperlukan, kalau tidak
senjata, ya akal. Minimal akal-akalan.