Page 93 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 93

Antologi Cerpen Remaja


     Mahfitzli. Tidak ada kebetulan.
             Mungkin saat  iiiibisa  dibilangPak  Sobirin  termasuk
     manusia bernasib kedua. Naas. la  memiliki hutang 3'ang tak
     dapat ia lunasi sampai kapanpun karena bengkaknya jumlah
     nominal, belum lagi bunga hutang mekar bersemi dari jumlah
      uang yang ia pinjam. Mak Yuki-lah peiTiilik piutangnya. Bukan
     untuk apa-apa, uang itu digunakan sebagai modal membuka
      warteg kecil-kecilan di rumahnya yang terletak di KH. Mukhlas,
     daerah sepanjang tepi Kali Gung. Anak lelaki satu-satunya,
     Asrul, ketika  berumur 5 bulan pernah demam berminggu-
      minggu. Asrul tumbuh menjadi remaja malang yang masih
     plonga-plongo. Terkadang air liur membasahi kaosnya, terkadang
     ia  tertawa sendiri, entah apa yang ia  pikirkan. Kondisinya
      membuat Pak Sobirin semakin merana. Kini, setelah 10 tahun
     berselang, Asrul belum mampu bekerja menambah penghasilan
     keluarga. Orang-orang bilang, Asrul kelainan mental. Yang lain
     lebih suka menjulukmya anak idiot.
             Dalam kondisi seperti itu Pak Sobiriii tetap menjalani hari
     dengan pasrah berserah. Hingga pada suatu siang, seorang
      pemuda cukup tampan namun miskin dan compang-camping
      mendatanginya. Irham, nama yang ia aku.
            "Di Tegal ini saya tersesat, Pak. Saya tidak tahu harus
      berbuat apa, pergi ke mana, makan apa, tidur di mana... Sudah
      berkali-kali saya diusir dari satu trotoar ke trotoar lain. Tulung,
     Pak," pintaan itu halus, tapi tergurat kegetiran dan masygul yang
      meratap.
             Menolongnya? Bahkan buat memelihara Asrul pun aku
      kerepotan!


     86
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98