Page 23 - 2017 PhET
P. 23
13
b. Elisitasi, dimana anak-anak mengemukakan gagasannya dalam kelompok
kecil.
c. Restruksi, terjadi perubahan konsepsi anak dan pembentukan konsepsi baru.
d. Aplikasi, dimana anak berusaha menerapkan konsepsi baru itu pada situasi
dan peristiwa baru.
e. Review, yaitu anak membandingkan konsepsi baru dengan konsepsi
sebelumnya.
2. Strategi Glasson, dengan modelnya siklus belajar yang terdiri dari fase:
a. Eksplorasi, yaitu fase yang menunjukkan proses investigasi yang dialami
anak terhadap konflik yang muncul.
b. Klarifikasi, yaitu fase yang menunjukkan usaha anak dalam menangani
konflik yang timbul selama fase eksplorasi.
c. Elaborasi, mementingkan pemecahan masalah secara divergen, dan
bukannya aplikasi suatu pola pikir baru.
Dari kedua contoh pembelajaran Fisika tersebut di atas, penulis lebih
cenderung pada model yang dikemukakan oleh Driver dalam penggunaan model
pembelajaran pada penelitian ini. Karena pada model tersebut, penjelasan dan
urutannya lebih terarah pada pelaksanaan ketrampilan proses yang merupakan
sasaran dalam pembelajaran Fisika di SMA. Perubahan konsepsi anak diperoleh
melalui serangkaian kegiatan yang dikemas dalam program pembelajaran.
Arsyad (2002:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada diri seseorang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu
terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh
karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda
bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri
orang itu.
Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah, tidak
lain itu dimaksudkan untuk mengarahkan pada diri peserta didik secara terencana,
baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun sikapnya. Interaksi yang
terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara
lain terdiri atas murid, guru, pustakawan, kepala sekolah, bahan atau sumber
belajar, dan fasilitas lain.