Page 173 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 173
sebelum daerah lain mengikutinya. Meminjam motto ini,
Minangkabau membanggakan diri dengan kelebihannya
sebagai etnis di Nusantara bahkan di dunia sekalipun. Bahwa
Minangkabau sudah berbuat sesuatu yang sebelummnya tidak
terpikirkan oleh orang lain. Untuk itu, dalam buku ini
ditampilkan satu judul 7 Minang Superior. Ada 7 Pioner orang
Minang di bidang Hukum, Perniagaan, Teknologi, Arsitektur,
Demokrasi dan Emansipasi. Mendengar judul “ongeh” ini
jangan dulu berprasangka sumbang dan sombong. Mari ikuti
realitanya.
1. Hukum
Pada tahun 1948 pasca Perang Dunia Kedua, bertolak dari
penderitaan korban sipil, organisasi dunia (PBB) telah
mendeklarasikan Declaration of Human Right yang kita sebut
Hak Asasi Manusia (HAM). Dimaksudkan untuk menjamin hak-
hak dasar manusia sebagai benteng perlindungan hukum. Azas
ini telah mendunia, hingga negara kita punya kementerian
bernama: Menteri Koordinator Hukum dan Ham.
Ratusan tahun sebelum lahirnya HAM, Minangkabau
sudah punya azas dimaksud dan sudah diberlakukan di tengah
masyarakat, terangkum dalam pepatah Lamak Diawak Katuju
Diurang. Atau dalam pepatah lain Awak Mandapek Urang Indak
Kahilangan. Kedua pepatah ini bermakna bahwa siapa saja
bebas berbuat sesuatu yang dia suka, selama tidak merugikan
orang lain. Batas dari ketentuan tersebut adalah Hukum dan
Etika. Tapi perilaku sumbang ini tidak termasuk ranah hukum
sebab Minangkabau tidak mengenal hukum perdata. Ia
merupakan pelanggaran Etika. Orang Minang menyebutnya
Alua Jo Patuik. Si pelaku akan mendapatkan sanksi Moral dari
masyarakat, yaitu dikucilkan dalam pergaulan umum. Label ini
144
Yus Dt. Parpatih