Page 178 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 178
Makan Padang” adalah usaha berbentuk group. Yaitu seluruh
komponen restoran membangun kerja sama berdasar keahlian
masing-masing. Mereka tidak digaji tapi bagi hasil atas
persentase keuntungsn bersih. Sejak dari pemilik modal,
penyedia tempat, juru belanja, kasir, tukang masak,
penghidang sampai kepada tukang cuci piring, semua
mendapat bagian keuntungan berdasarkan potensi dan skill
yang sudah disepakati. Mereka tutup buku bukan diakhir
tahun tapi empat bulan. Pada priodik jangka pendek itu
diadakan evaluasi dalam rangka peningkatan omset.
Keuntungan non materinya ialah effek psikologis. Segenap
anggota merasa memiliki serta bertanggung jawab dengan
kemajuan usaha. Faktor ini merangsang energi kerja, bahwa
pelipat gandaan tenaga adalah untuk dirinya sendiri. Semakin
besar laba restoran tambah banyak penghasilan. Kalau makan
gaji? Karyawan akan kerja santai, untung atau rugi perusahaan,
rezekinya tetap saja tak berubah. Sebelum ahli Ekonomi
memikirkannya, Restoran Minang sudah sukses
mempraktekkannya.
5. Arsitektur
Jepang memang hebat! Pada pertandingan final, dia
terkapar dipukul KO oleh Amerika dalam kejuaraan tinju
dunia. Tak lama kemudian bangkit. Tapi bukan lagi sebagai
pentinju. Dia tampil di bangku penonton sebagai anak muda
yang gagah, perlente dan berwibawa. Demikianlah profil
bangsa Jepang yang luar biasa itu. Tak sampai dua dekade
setelah Hirosima dan Nagasaki diluluh lantakkan tentara
sekutu, Jepang muncul sebagai negara raksasa dibidang
industri Otomotif dan Elektronik. Sampai menjelang abad ke
XXI ekonominya hampir mengalahkan orang yang pernah
Menyingkap Wajah 149
Minangkabau
Paparan Adat dan
Budaya