Page 293 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 293
Di halaman istana tumbuh sebatang kelapa “Nyiur Gading”.
Kelapa hias yang rendah jangkau-jangkauan, berbuah kuning
keemasan, Arainya harum semerbak, daunnya rindang
membuat sejuk mata memandang. Dia bukan kelapa
sembarangan, tapi sakti dan bertuah. Di bawah melingkar ular
naga berbisa, di pucuknya bersarang lebah penjaga, berjenis
ulat melilit batang. Pendeknya angker menakutkan tak seorang
pun berani menghampiri.
Adapun istana megah itu senantiasa dalam pengawalan
para serdadu yang di komandani oleh Salamaik Panjang
Gombak, ibaratnya pasukan Cakrabirawa pengawal istana
zamannya Presiden Sukarno dulu…. Mendengar nama lengkap
Selamat ini: Panjang Gombak artinya si panjang rambut,
terbayang sosok seorang pendekar Cina berambut panjang
dijalin atau digulung di atas kepala. Dia itulah satu-satunya
orang yang mampu mendakati pohon kelapa Nyiur Gading.
Tentu saja yang berani menghampiri sesuatu yang sakti
pastilah orang sakti pula. Pada suatu malam Salamaik Panjang
Gombak memanjat kelapa Nyiur Gading setelah menundukkan
semua binatang penjaganya. Beliau berhasil memetik buahnya
lalu membawa turun. Sampai di bawah lalu dibelah dua.
Sebelah airnya diminum Bundo Kanduang, sebelahnya lagi
diminum istrinya Kambang Bandohari. Beberapa bulan setelah
meminum air kelapa hasil panjatan Salamaik Panjang Gombak,
terjadi suatu keajaiban, Bundo Kanduang hamil dan
melahirkan Sutan Rumanduang (Dang Tuanku), Kambang
Bandohari juga hamil dan melahirkan Kacinduan (Cindua
Mato). Kedua bayi ini berwajah mirip seakan anak kembar.
Bukan main gembiranya Bundo Kanduang mendapat anak laki-
laki dambaannya sebagai calon pegganti dirinya. Seiring
perjalanan waktu, Dang Tuanku dan Cindua Mato tumbuh
264
Yus Dt. Parpatih