Page 297 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 297
atas pemikiran logika. Seterusnya, segala sesuatu Tuhan yang
lebih tahu. Wallahu A’lam.
3. CINDUA MATO
Namanya Cindua Mato, anak muda kisaran umur dua
puluh tahun. Badan tinggi kekar dengan hidung mancung
berkulit kuning. Rambutnya ikal bergelombang. Pandangan
mata tajam. Kaki yang ramping berjalan lincah seakan terbang
Tumitnya tidak menginjak tanah air khas orang terlatih
melangkah silat. Kalaulah bukan kerabat istana akan banyak
gadis melirik. Sebaliknya, walau barangkali ada yang berkenan
dihati, terpaksa jaga jarak mengingat statusnya kerabat istana
yang dihormati.
Sore itu Cindua Mato dan Dang Tuanku berbincang serius
di bawah pohon jambu belakang istana. Tak ada yang tahu apa
yang dibicarakan dua bersaudara berlain ibu itu. Yang jelas
tangan Dang Tuanku mengepal bulat membentuk tinju, Cindua
Mato mendengar tekun, mukanya tegang sambil sesekali
menganggukkan kepala. Dengan ilmu telepati yang
dikuasainya, Cindua Mato melihat dari jarak jauh apa yang
terjadi di Sikalawi rumah mamanda Rajo Mudo. Adapun adik
Bundo Kanduang ini bertugas sebagai gubernur dalam daerah
Teluk Kuantan. Dari pandangan batin dia melihat kesibukan di
tengah rumah. Nampaknya terjadi upacara Adat pinang
meminang.
Dulu, disaat Dang Tuanku masih remaja mamaknya
datang, kemenakanya menjelang jadi Raja Pagaruyuang.
Betapa bangganya beliau melihat penampilan kemenakanya
yang tampan Gagah perkasa. Rajo Mudo pun membawa berita
gembira tentang kelahiran anak bungsunya, bernama Puti
Bunsu. Dalam kesempatan kunjungan itu, mereka dua beradik
268
Yus Dt. Parpatih