Page 298 - Buku Menyikapi Wajah Minangkabau
P. 298

membuat  kesepakatan  untuk  menjodohkan.  Dang  Tuanku

                  dengan  Puti  Bunsu  istilah  Adatnya  “tunangan  kain
                  pandukuang’’.

                        Beberapa  musim  kemudian  dalam  berumur  setahun

                  jagung  Puti  Bunsu  tumbuh  menjadi  gadis  tanggung,  cantik
                  memikat.  Melihat  sekuntum  bunga  mekar  di  halaman  Rajo

                  Mudo, pemuda imbang Jayo putra Raja Tiang Bungkuk yang

                  kaya raya terkesima dengan keelokan Puti Bunsu. Spontan dia
                  tertarik  lalu  dikirimnya  pesuruh  menjajaki  Rajo  Mudo

                  mengambilnya menantu. Hasilnya kecewa. Dengan halus tapi
                  tegas,  sang  Ayah  menolak.  Dikatakan  bahwa  anak  gadisnya

                  sudah  berpunya.  Sejak  kanak-kanak  telah  diikat  Adat  untuk

                  calon pasangan kemanakannya Dang Tuanku, “mohon maaf”
                  katanya. Mendengar jawaban Rajo Mudo batinnya mengelak,

                  merasa  tersinggung dan dilecehkan. Dia tak habis pikir, ada

                  orang berani menolak kehendak calon Raja: Sombong, katanya.
                  Belum tahu dia siapa saya!

                        Seiring  dengan  perkembangan  tubuh  Puti  Bungsu  yang

                  makin  menggemaskan,  putra  mahkota  ini  tambah  mabuk
                  kepayang.  Pernah  ditawarkan  kekayaan  berbentuk  apapun,

                  tetap saja gagal. Hampir saja anak muda yang mabuk kepayang

                  ini putus asa. Kemudian timbul akal jahatnya, tak ada jalan lain
                  kecuali menyebar Fitnah. “Tujuan menghalalkan semua cara”

                  bisiknya dalam hati. Lalu disebarlah isu bahwa Dang Tuangku
                  dapat penyakit menular Dia dinambi, dipuru, dibiriang yang

                  tak bisa disembuhkan. Demi menutup aib, Bundo Kanduang

                  menyingkirkannya ke dalam hutan.
                        Kabar  buruk  ini  sampai  ke  telinga  Rajo  Mudo.  Beliau

                  sangat  cemas  dan  galau.  Lalu  di  utuslah  beberapa  orang  ke

                  istana  untuk  memastikan  nasib  kemenakannya  itu.  Tapi
                  utusan-utusan  tersebut  tak  pernah  kembali  sebab  dibunuh








                                                         Menyingkap Wajah                      269
                                                         Minangkabau

                                                                      Paparan Adat dan
                                                                      Budaya
   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303