Page 148 - FTHP_BUKU AJAR
P. 148
Buku Ajar
SAGU
Sagu adalah tanaman yang dahulu banyak digunakan sebagai
sumber pangan pokok masyarakat Maluku dan Irian Jaya. Tanaman
sagu tumbuh baik di daerah rawa. Tanaman ini juga dapat tumpuh baik
di daerah dengan lahan yang memiliki tingkat keasaman tinggi.
Memasyarakatkan kembali budi daya dan pengolahan sagu di wilayah-
wilayah Maluku dan Irian Jaya adalah alternatif yang baik untuk
mengurangi ketergantungan kita akan produksi beras.
Tanaman sagu adalah tanaman tahunan berbatang keras, yang
bagian tengah batangnya memiliki kandungan tepung tinggi. Sentra
sagu dunia adalah Malaysia dan Papua New Guinea. Di Malaysia
tanaman sagu telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi
salah satu sumber pangan pokok alternative bagi masyarakat. Panen
sagu dilakukan setelah tanaman berumur 6-7 tahun. Tanaman sagu siap
dipanen jika sebagaian daun pada pelepahnya telah banyak menguning
dan kandungan pati pada empulur batangnya telah memadat. Panen
sagu dilakukan dengan cara membersihkan batang yang akan dipotong,
memotong batang sagu sedekat mungkin dengan akar, dan memotong
batang sagu menjadi gelondngan sepanjang 1-2 m. Pengambilan pati
sagu secara tradisional dilakukan dengan cara membelah gelondongan
menjadi dua kemudian menokok sedikit demi sedikit empulur batang.
Hasil tokokan tersebut dinamakan ela. Ela disiram dengan air bersih,
dan pati akan keluar bersama dengan air. Air ini kemudian diendapkan
hingga diperolah aci sagu basah.
Secara modern empulur pada batang sagu diambil dengan
menggunakan pemarut cakra. Pemisahan tepung dan ampas dilakukan
secara sentrifugal. Tepung sagu dimasak menjadi bubur papeda yang
disajikan dengan kuah sup ikan yang panas. Olahan tradisional lain
dari tepung sagu adalah kue tutopola, sagu uha dan sagu sinoli.
Tepung sagu juga dapat diolah menjadi kue-kue
128 Siti Asmaniyah Mardiyani