Page 22 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 22
semakin keras. Ditatapnya kedua tangannya, ini adalah
anugerah dari Tuhan, katanya.
Berbagi rasa sakitnya kepada orang lain, adalah hal
terindah yang tiba-tiba menghantui benaknya.
Ya, ini adalah jawaban atas keberadaannya di dunia,
untuk meneruskan rasa sakitnya kepada orang lain.
Meri bergegas mendekati kaca cermin tempat ia
memandangi dirinya tadi. Tujuan kita sekarang adalah
membantu orang-orang tahu makna rasa sakit ini, katanya
sambil tersenyum.
Dengan kepalan tinju tangan kanannya, cermin itu pecah
berhamburan kemana-mana. Meri menunduk,
mengangkat salah satu bilah pecahan cermin itu yang
tajam seperti sebuah belati, warnanya berkilauan terkena
cahaya lampu. Tetesan darah segar yang mengalir lewat
genggaman jemarinya di pecahan cermin itu tidak lagi
dihiraukannya.
Sekarang saatnya, katanya lagi. Sekarang!
Meri keluar meninggalkan ruangan itu sambil menggeram,
seperti seekor serigala yang siap memburu mangsanya.
*
“Kamu dengar suara sirine itu?” tanya Bobby kepada
saya.
20