Page 206 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 206

tentang sikap ibu Alam yang dirasakannya tidak pernah menyetujui dirinya sebagai

                        istri Alam. Bagi Maryam keutuhan rumah tangga bersama Alam lebih penting, dan
                        dirinya  mencoba  menyingkirkan  segala  prasangka  yang  dilatari  hal-hal  sepele

                        dengan mertuanya. Maryam berpikir bahwa berumah tangga dengan Alam dalam

                        suka dan duka, termasuk menghadapi persoalan dengan ibu Alam adalah proses
                        pembelajaran  dalam  rumah  tangganya.  Akan  tetapi,  dalam  diri  Maryam  mulai

                        tertantang untuk membuktikan pernyatan-pernyataan ibu Alam yang dirasakanya
                        sebagai beban mental untuk dirinya.

                             Tapi pernyataan-pernyataan Ibu Alam hadir setelah tuduhan. Setiap hari ia
                             merasa dikejar-kejar. Harga diri dan egonya tertantang. Sekarang ia ingin
                             segera punya anak. Hanya supaya bisa memberikan bukti kepada ibu Alam.
                             Alih-alih menjadi wanita dewasa yang melangkah sesuai keinginan, Maryam
                             kini kembali hidup dengan memikul beban. … (Madasari, 2012, hlm. 117).

                             Alam  adalah  sosok  yang  sangat  bergantung  pada  ibunya.  Dia  tidak  bisa

                        memenuhi keinginan Maryam untuk memiliki rumah sendiri untuk mereka berdua.
                        Bahkan Alam mulai kerap membela ibunya. Suatu ketika Maryam dengan struktur

                        ego-nya  yang  sudah  tidak  kuat  dengan  situasi  rumah  tangganya,  menyatakan

                        keinginannya untuk berpisah dari Alam.
                             Maryam  sendiri  tak  pernah  tahu  apa  yang  membuatnya  tiba-tiba  berani
                             mengambil keputusan. Ketika segala kecewa, kemarahan, sakit hati, dan rasa
                             lelah  sudah  tak  bisa  lagi  ditoleransi.  Ketika  sedikit  harapan  untuk  bisa
                             bahagia  bersama  Alam  sedikit  pun  tak  lagi  bisa  dilihat.  Ketika  ia  harus
                             menyelamatkan  dirinya  sendiri,  sebelum  akhiranya  menjadi  mayat  hidup
                             yang  tinggal  menunggu  untuk  benar-benar  mati.  …(Madasari,  2012,  hlm.
                             127).

                        Hal  yang  membuat  Maryam  kecewa,  yakni  Alam  tidak  menunjukkan  perasaan

                        sedih ketika Maryam menyatakan maksudnya itu, dan tidak ada upaya dari Alam
                        membujuk  Maryam  agar  mempertahankan  rumah  tangga  mereka  sebagaimana

                        terdapat pada teks berikut ini.
                             Maryam  diam-diam  berdoa  agar  Alam  mau  menukar  perceraian  dengan
                             keputusan  besar  untuk  kembali  mempertahankan  pernikahan  ini  sesuai
                             dengan yang diharapkan Maryam. Tapi ternyata Alam hanya diam. Bahkan
                             tak bertanya apa-apa. Di ujung percakapan, ia hanya berkata pelan, “Kalau








                                                                                                    200
   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211