Page 247 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 247

1,1 le bih camilan/hari, dengan jumlah setiap camilan meningkat se-
            besar ~50 g, dibandingkan tahun 1977, dengan transisi menuju kon-
            sumsi yang lebih besar dari camilan yang asin dan seperti permen.
                                                                      492
            Ngemil di antara waktu makan saat ini menyumbang sekitar sepertiga
            dari asupan energi harian anak-anak di Amerika Serikat dan seperem-
            pat energi ha  rian untuk kaum muda di beberapa negara Eropa.
                Meskipun data tentang ngemil dan obesitas pada anak-anak ter-
            batas dan samar-samar, ada bukti bahwa anak-anak yang sering me-
            ngonsumsi energi yang lebih besar, memiliki kualitas makanan yang
            lebih buruk, dan menunjukkan faktor risiko lain untuk kenaikan berat
            badan yang berlebihan.  Frekuensi ngemil yang lebih tinggi dan lebih
                                493
            padat energi ditemukan pada remaja dengan kecenderungan impulsif
            yang didorong oleh emosi yang kuat. Temuan ini memiliki implika-
            si untuk pencegahan dan pengobatan obesitas karena menunjukkan
            pentingnya menargetkan impulsif yang didorong oleh emosi sebagai
            strategi untuk menghindari ngemil yang berlebihan. 494
                Cleobury dan Penyadap (2014)  mencari tahu mengapa orang
            mengemil. Selama lima hari, sukarelawan yang terdiri 28 pria dan
            27 wanita diamati dalam 1.084 episode makan. 358 episode berupa
            makanan ringan di mana 79% di antaranya mengandung tinggi lemak
            atau gula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa godaan adalah alasan
            terbesar ketika sukarelawan memilih camilan tidak sehat. Diikuti ala-
            san kelaparan dan alasan stres. 495
                Anak laki-laki dan remaja yang kurang berpendidikan, menurut
            Wouters dkk. (2010), mengonsumsi makanan dan minuman ringan


            492  C. Piernas dan B. M. Popkin, “Trends in Snacking Among U.S. children,” Health
              Aff (Millwood) 29, 3 (2010): 398–404. Doi: 10.1377/hlthaff.2009.0666
            493  R. E. Blaine dkk., “Food Parenting and Child Snacking: A Systematic Review,” Int  Buku ini tidak diperjualbelikan.
              J Behav Nutr Phys Act 14, 1 (2017): 146. Doi: 10.1186/s12966-017-0593-9
            494  J. M. J. Coumans dkk., “Emotion-driven Impulsiveness and Snack Food Consumption of
              European Adolescents: Results from the I. Family Study,” Appetite 123, (2018): 152–159.
              Doi: 10.1016/j.appet.2017.12.018
            495  L. Cleobury dan K. Tapper, “Reasons for Eating ‘Unhealthy’ Snacks in Over-
              weight and Obese Males and Females,” J Hum Nutr Diet 27, 4 (2014): 333–341.
              Doi: 10.1111/jhn.12169


           228    Neurosains Spiritual: Hubungan ...
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252