Page 243 - A Man Called Ove
P. 243
A Man Called Ove
akhirnya, dengan sejumlah sumpah serapah dan lambaian
tangan, pramusaji menyerah, pergi ke dapur dan menulis
tagihan baru untuk mereka. Sementara itu, Rune dan Ove
mengangguk muram satu sama lain tanpa memperhatikan
bahwa istri mereka, seperti biasa, telah pulang dengan taksi
dua puluh menit yang lalu.
Ove mengangguk sendiri ketika duduk di sana, di dalam
Saab, dan memandang pintu garasi Rune. Dia tidak bisa
mengingat kapan kali terakhir melihat pintu itu terbuka. Dia
mematikan lampu depan Saab, menepuk si kucing untuk
membangunkannya, lalu keluar.
“Ove?” tanya sebuah suara asing mencurigakan.
Mendadak seorang perempuan tak dikenal—jelas
pemilik suara asing itu—melongokkan kepala ke dalam garasi.
Dia berusia kira-kira empat puluh lima tahun, mengenakan
celana jins belel dan jaket penahan angin hijau yang tampak
kebesaran untuknya. Dia tidak mengenakan rias wajah dan
rambutnya dikucir ekor kuda. Dia berjalan memasuki garasi
Ove dan memandang ke sekeliling dengan tertarik. Si kucing
melangkah maju dan mendesis mengancam. Perempuan itu
berhenti. Ove memasukkan tangan ke saku.
“Ove?” tanya perempuan itu lagi, dengan gaya sok
akrab seperti orang yang hendak menjual sesuatu, walaupun
berpura-pura bahwa itu hal terakhir yang ada dalam pikiran
mereka.
“Aku tidak ingin apa-apa,” kata Ove sambil mengangguk
ke arah pintu garasi—isyarat yang jelas bahwa perempuan
itu tidak perlu repot-repot mencari pintu lain, tidak apa-
238