Page 335 - A Man Called Ove
P. 335
A Man Called Ove
“Oh, hei,” kata Adrian ketika bocah bermata jelaga
muncul lagi beberapa saat kemudian. “Ini bosku.”
“Hai semuanya—ah, apa … maaf, kau sedang apa?” tanya
si “bos”. Dengan tertarik, dia memandang orang asing lincah
yang telah membarikade diri sendiri di balik meja kafenya itu.
“Anak ini hendak memperbaiki sepeda,” jawab Ove,
seakan ini adalah sesuatu yang gamblang dan sederhana.
“Di mana kau menyimpan saringan untuk kopi asli?”
Bocah bermata jelaga menunjuk salah satu rak. Ove
menyipitkan mata memandangnya. “Apa itu riasan?”
Parvaneh menyuruhnya diam. Ove tampak tersinggung.
“Apa? Apa salahnya bertanya?”
Bocah laki-laki itu tersenyum sedikit gugup. “Ya, ini
riasan.” Dia mengangguk sambil mengusap sekeliling
matanya. “Semalam aku pergi berdansa,” katanya sambil
tersenyum berterima kasih ketika Parvaneh, dengan kesigapan
seorang konspirator, mengeluarkan tisu basah dari tas tangan
dan memberikannya kepadanya.
Ove mengangguk dan kembali pada pembuatan kopinya.
“Dan kau juga punya masalah dengan sepeda dan cinta dan
cewek?” tanyanya linglung.
“Tidak, tidak, bukan dengan sepeda. Dan kurasa bukan
dengan cinta juga. Wah, yang pasti bukan dengan cewek.”
Dia tergelak.
Ove menyalakan ketel penapis kopi dan, begitu alat itu
mulai meletup-letup, dia berbalik dan bersandar di meja,
seakan ini hal paling alami di dunia, di sebuah kafe yang tak
seorang pun di dalamnya bekerja.
330