Page 43 - A Man Called Ove
P. 43
A Man Called Ove
Ove tidak membalas lambaian itu. Mulanya, dia hendak
berhenti dan menegur perempuan itu karena membiarkan
anak-anak berlarian di area parkir seakan di taman bermain
umum. Namun, dia memutuskan bahwa dirinya tidak punya
waktu.
Ove terus menyetir, melewati deretan-deretan rumah
yang identik dengan miliknya sendiri. Kali pertama mereka
pindah ke sini, hanya ada enam rumah; kini ada ratusan.
Dulu ada hutan di sini, tapi kini hanya ada rumah-rumah.
Tentu saja, semuanya dibeli dengan cicilan. Itulah cara
mereka sekarang. Berbelanja dengan cicilan, menyetir mobil
listrik, dan menyewa tukang untuk mengganti bola lampu.
Memasang papan-papan lantai siap pakai, perapian listrik,
dan bertingkah konyol. Sebuah masyarakat yang tampaknya
tidak bisa memahami perbedaan antara baut yang benar untuk
dinding beton dan penghinaan. Jelas ini sudah ditakdirkan.
Perlu waktu tepat empat belas menit untuk menyetir ke
toko bunga di pusat perbelanjaan. Ove terus mematuhi setiap
batas kecepatan dengan ketat, bahkan di jalanan berkecepatan
50 km per jam, yang ditempuh oleh para idiot berbaju setelan
yang baru saja pindah itu dengan kecepatan 90 km per jam.
Mereka memasang beberapa polisi tidur dan sejumlah
besar plang “Banyak Anak kecil” di kawasan rumah-rumah
mereka sendiri. Tapi, ketika sedang menyetir melewati rumah
orang lain, semuanya itu seakan kurang penting. Itulah yang
dikatakan Ove kepada istrinya setiap kali mereka berkendara
selama sepuluh tahun terakhir.
38