Page 73 - A Man Called Ove
P. 73

A Man Called Ove

            melodramatis sebelum berbalik, lalu berjalan kembali menuju
            rumahnya.

                “Dasar bajingan tua pemarah!” teriak remaja itu di
            belakangnya.
                “Sssh!” kata rekannya yang bermata jelaga.

                Ove tidak menjawab.
                Dia berjalan melewati plang yang jelas melarang
            kendaraan bermotor memasuki area permukiman. Plang
            yang tampaknya tidak bisa dibaca oleh orang asing hamil
            itu, walaupun Ove tahu sekali bahwa mustahil seseorang
            tidak melihatnya.
                Ove jelas tahu, karena dia sendirilah yang memasang
            plang itu di sana. Dengan perasaan tidak puas, dia berjalan
            menyusuri jalan setapak di antara rumah-rumah, mengentak-
            entakkan kaki sehingga siapa pun yang melihatnya akan
            mengira dia sedang mencoba meratakan aspal. Seakan
            masalahnya belum cukup buruk dengan semua orang gila
            yang sudah tinggal di jalanan ini, pikirnya. Seakan seluruh
            area ini belum diubah pelan-pelan menjadi semacam polisi
            tidur sialan. Si Sok-Pamer bermobil Audi dan Ilalang Pirang
            itu tinggal hampir berseberangan dengan rumah Ove, dan
            di ujung jauh deretan rumah, terdapat keluarga komunis
            dengan anak-anak perempuan remaja mereka, rambut merah
            mereka, dan celana pendek mereka yang dikenakan di atas
            celana panjang, sedangkan wajah mereka persis seperti rakun.
            Ya, kemungkinan besar saat ini mereka sedang berlibur di
            Thailand. Namun apa peduli Ove.





                                       68
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78