Page 78 - A Man Called Ove
P. 78
Fredrik Backman
“Prince tidak pernah mengencingi batu hamparmu yang
menjijikkan,” tukas si Ilalang sambil maju dua langkah dengan
kepalan tangan teracung.
Ove bergeming. Si Ilalang berhenti bergerak. Tampak
seakan terengah-engah.
Lalu, dia seakan menghimpun sedikit akal sehat yang
dimilikinya.
“Ayo, Prince,” katanya sambil melambaikan tangan.
Kemudian dia mengacungkan jari tengah kepada Ove.
“Aku akan memberi tahu Anders soal ini, lalu kau akan
menyesal.”
“Sampaikan kepada Anders-mu, dia harus berhenti
meregangkan selangkangannya di depan jendelaku.”
“Dasar si tolol tua gila,” ujar si Ilalang sambil berjalan
menuju area parkir.
“Dan mobilnya payah, katakan itu kepadanya!” imbuh
Ove sekalian.
Si Ilalang membuat isyarat tangan yang belum pernah
dilihat Ove sebelumnya, walaupun dia bisa menebak artinya.
Lalu, si Ilalang dan anjing mungil sialannya berjalan menuju
rumah Anders.
Ove berbelok ke samping gudang. Melihat genangan-
genangan air kencing pada batu hampar di pojok petak
bunganya. Seandainya sore ini dia tidak sedang sibuk dengan
hal-hal yang lebih penting, dia akan langsung berangkat untuk
mengubah anjing kampung sialan itu menjadi keset. Namun
dia sedang disibukkan oleh hal-hal lain. Dia pergi ke gudang
perkakas, mengeluarkan bor listrik dan kotak mata bor.
73