Page 79 - A Man Called Ove
P. 79
A Man Called Ove
Ketika Ove keluar lagi, si kucing duduk di sana
memandangnya.
“Sekarang kau bisa minggat,” kata Ove.
Hewan itu tidak bergerak. Ove menggeleng pasrah.
“Hei! Aku bukan temanmu.”
Si kucing tetap berada di tempatnya. Ove menggerak-
gerakkan kedua tangannya dengan kesal.
“Astaga, dasar kucing sialan. Pembelaanku terhadapmu
ketika perempuan tolol itu melemparimu batu hanya
berarti ketidaksukaanku terhadapmu lebih kecil dibanding
ketidaksukaanku terhadap Ilalang gila dari seberang jalan
itu. Dan, ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan; kau
harus benar-benar mengerti soal itu.”
Si kucing seakan merenungkan perkataan ini dengan
cermat. Ove menunjuk jalan setapak. “Minggat sana!”
Tanpa peduli sedikit pun, si kucing menjilati bulunya
yang bernoda darah. Dia memandang Ove, seakan ini adalah
serangkaian negosiasi dan dia sedang mempertimbangkan
sebuah usulan. Lalu, perlahan-lahan, dia bangkit berdiri dan
berjalan pergi, menghilang di pojok gudang. Ove bahkan
tidak memandang si kucing. Dia langsung pergi memasuki
rumah, membanting pintu hingga menutup.
Cukup sudah. Sekarang, Ove hanya ingin mati.[]
74