Page 82 - A Man Called Ove
P. 82
Fredrik Backman
Ove berdiri di tengah ruangan dan mengira-ngira. Lalu,
seperti ahli bedah yang menunduk memandang alat-alat
bedahnya, mata Ove meneliti semua mata bornya. Dia memilih
sebuah mata bor, memasukkannya ke dalam bor, lalu sedikit
menguji tombol pemicunya sehingga bor itu mengeluarkan
suara menggeram. Ove menggeleng, memutuskan bahwa
mata bor itu kedengaran tidak pas sama sekali, dan mengganti
mata bor. Dia mengulangi hal ini empat kali sebelum merasa
puas, berjalan melintasi ruang duduk, mengayun-ayunkan
bor di tangan seperti sedang memegang revolver besar.
Berdiri di tengah lantai, Ove mendongak menatap langit-
langit. Disadarinya bahwa dia harus mengukur dulu sebelum
memulai agar lubangnya berada tepat di tengah. Hal terburuk
yang diketahui Ove adalah seseorang yang mengebor lubang
di langit-langit begitu saja secara ceroboh.
Diambilnya pita pengukur. Dia mengukur dari keempat
sudut satu per satu—dua kali, untuk memastikan—lalu
menandai bagian tengah langit-langit dengan tanda silang.
Ove melangkah turun dari dingklik. Berjalan berkeliling
untuk memastikan plastik pelindung itu berada di tempat
yang semestinya. Membuka kunci pintu sehingga mereka tidak
perlu mendobraknya ketika datang untuk menurunkannya.
Itu pintu yang bagus. Masih bisa bertahan selama bertahun-
tahun lagi.
Ove mengenakan jas dan memastikan amplop itu berada
di saku bagian dalamnya. Akhirnya, dia memutar foto istrinya
di jendela agar menghadap gudang. Dia tidak ingin membuat
istrinya menyaksikan apa yang hendak dilakukannya, tapi
juga tidak berani menelungkupkan foto itu menghadap ke
77