Page 76 - A Man Called Ove
P. 76

Fredrik Backman

                  Si Ilalang memungut batu lagi, bersiap melemparkannya.
              Ove maju dua langkah dengan cepat dan berdiri begitu dekat
              di belakangnya sehingga kemungkinan besar perempuan itu
              bisa merasakan napas Ove.

                  “Jika kau melemparkan batu itu ke rumahku, maka aku
              akan melemparkanmu ke kebunmu!”
                  Si Ilalang berbalik. Mata mereka bertemu. Tangan Ove
              berada di dalam saku, sedangkan si Ilalang melambai-
              lambaikan sepasang kepalan tangannya di depan Ove,
              seakan sedang mencoba melumatkan dua lalat seukuran
              oven microwave. Ove bergeming, tidak melakukan gerakan
              wajah sekali pun.

                  “Makhluk menjijikkan itu mencakar Prince!” kata Si
              Ilalang pada akhirnya, matanya liar oleh kemarahan. Ove
              menunduk memandang si anjing kampung. Hewan itu
              menggeram. Lalu, Ove memandang si kucing, yang duduk
              terhina dan berdarah tapi dengan kepala terangkat menantang
              di luar rumah Ove.
                  “Kucing itu berdarah. Jadi, tampaknya perkelahian
              berakhir dengan seri,” kata Ove.
                  “Enak saja. Akan kubunuh bajingan itu!”

                  “Tidak,” kata Ove dingin.
                  Tetangga gilanya mulai tampak mengancam. “Hewan itu
              mungkin dipenuhi penyakit menjijikkan, rabies, dan segala
              hal semacam itu!”
                  Ove memandang si kucing. Memandang si Ilalang.
              Mengangguk.




                                         71
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81