Page 89 - A Man Called Ove
P. 89

A Man Called Ove

                “Oh,” kata si Kerempeng sambil mengangguk.

                Lalu, dia membungkuk dan mengintip lantai ruang
            duduk, yang dilapisi lembaran plastik pelindung dengan rapi.
                Si Kerempeng berubah ceria dan memandang Ove sambil
            menyeringai.

                “Nyaris tampak seakan kau hendak membunuh
            seseorang!”
                Ove mengamati lelaki itu dalam keheningan. Si
            Kerempeng berdeham dengan ragu. “Maksudku, itu seperti
            episode dalam serial Dexter,” katanya dengan seringai yang
            sangat tidak percaya diri. “Itu serial TV… tentang lelaki yang
            membunuh orang.” Dia terdiam; lalu mulai menyodokkan
            ujung sepatunya ke celah di antara batu-batu hampar, di luar
            pintu depan rumah Ove.
                Ove menggeleng-gelengkan kepala. Tidak jelas kepada
            siapa si Kerempeng menujukan kata-katanya tadi.

                “Aku harus menyelesaikan beberapa hal,” katanya singkat
            kepada Parvaneh, lalu mencengkeram pegangan pintu erat-
            erat.
                Parvaneh menyikut pinggang si Kerempeng dengan
            sengaja. Si Kerempeng tampak seakan sedang mencoba
            menghimpun keberanian; dia memandang Parvaneh, lalu
            memandang Ove dengan ekspresi seseorang yang berharap
            seluruh dunia akan mulai menembakinya dengan karet
            gelang.
                “Wah, begini, sebenarnya kami datang karena aku ingin
            meminjam beberapa barang ….”

                Ove menaikkan sepasang alisnya. “‘Barang-barang’ apa?”

                                       84
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94