Page 94 - A Man Called Ove
P. 94
Fredrik Backman
Parvaneh dan si Kerempeng membalas senyum itu. Ove
menengok arloji penyoknya.
“Apa tidak ada lagi orang di jalan ini yang harus pergi
bekerja?” tanyanya.
“Aku sudah pensiun,” jawab istri Rune dengan nada
nyaris menyesal.
“Aku sedang cuti hamil,” jawab Parvaneh sambil
menepuk-nepuk perut dengan bangga.
“Aku konsultan IT!” kata si Kerempeng dengan bangga.
Sekali lagi, Ove dan Parvaneh melakukan sedikit gelengan
kepala selaras.
Istri Rune mencoba lagi. “Kurasa radiator-radiator itu
bermasalah.”
“Sudah dikeluarkan anginnya?” tanya Ove.
Perempuan itu menggeleng dan tampak penasaran.
“Menurutmu itu masalahnya?”
Ove memutar bola mata.
“Ove!” Parvaneh langsung meneriakinya, seakan dia
adalah kepala sekolah yang sedang marah. Ove memelototi
Parvaneh. Perempuan itu balas memelotot. “Jangan bersikap
kasar,” perintahnya.
“Sudah kubilang, aku tidak kasar!”
Mata Parvaneh bergeming. Ove sedikit menggeram, lalu
kembali berdiri di ambang pintu. Menurutnya, kini cukuplah
sudah. Dia hanya ingin mati. Mengapa orang-orang gila ini
tidak bisa menghargai itu?
89