Page 97 - A Man Called Ove
P. 97

A Man Called Ove

                Ove mendongak dan menudingkan telunjuk kepada
            perempuan itu untuk membetulkan. “Kudeta! Itulah yang
            terjadi!”

                Istri Rune mengangguk kepada Parvaneh. “Wah,
            baiklah, sebelum rapat, Rune menghitung suara yang masuk
            sehubungan dengan sarannya agar kami mengubah sistem
            pemanas untuk rumah-rumah, dan menurut Ove—”
                “Dan, tahu apa Rune soal sistem pemanas? Eh?” teriak
            Ove sengit, tapi Parvaneh langsung memandangnya. Ini
            membuat Ove berpikir ulang dan menyimpulkan bahwa
            dia tidak perlu menyelesaikan jalan pikirannya.

                Istri Rune mengangguk. “Mungkin kau benar, Ove. Tapi,
            bagaimanapun, kini dia sakit parah … jadi itu sudah tidak
            begitu penting lagi.” Bibir bawah perempuan itu sedikit
            bergetar.
                Lalu, dia memulihkan ketenangan, menegakkan
            leher dengan berwibawa, dan berdeham. “Pihak ber-
            wenang mengatakan akan mengambil Rune dariku dan
            menempatkannya di panti jompo,” katanya dengan susah
            payah.
                Ove kembali memasukkan tangan ke saku, lalu dengan
            mantap, mundur melintasi ambang pintu. Sudah cukup yang
            didengarnya.

                Sementara itu, si Kerempeng seakan telah memutuskan
            bahwa sudah saatnya mengganti pokok pembicaraan dan
            mencerahkan suasana. Dia menunjuk lantai di lorong rumah
            Ove. “Apa itu?”




                                       92
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102