Page 109 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 109

www.rajaebookgratis.com





               berbagai gagdet canggih, termasuk telepon genggam satelit dan kamera dengan lensa super
               zoom-nya..
                   Hari-hari itu, usia Kak Laisa sudah 43, Dalimunte 37, Ikanuri menjelang 35, Wibisana 34,
               dan  Yashinta  31  tahun.  Sebenarnya  kekhawatiran  Ikanuri  dan  Wibisana  soal  melintas
               berlebihan. Tidak ada lagi tetangga yang sibuk bertanya kapan Kak Laisa akan menikah saat
               pernikahan kembar itu berlangsung. Mereka sudah terbiasa. Juga tidak ada lagi yang menilai
               Kak Laisa dilintas untuk kedua dan ketiga kalinya sekaligus merupakan aib besar. Tetangga
               kampung sudah  menerima kenyataan  itu. Tidak  sibuk  bisik-bisik. Jadi  meski tak ada Wak
               Burhan yang mengingatkan, pernikahan kembar itu berjalan normal.
                   Setelah  yang  lain  kembali  sibuk  dengan  aktivitas  masing-masing,  rumah  panggung  itu
               kembali sepi (dalam artian yang berbeda). Menyisakan Kak Laisa dan Mamak. Entahlah apa
               yang sesungguhnya  berkecamuk di kepala Kak Laisa di tengali  sepinya  malam. Di tengah
               senyapnya lereng perkebunan strawberry. Tidak ada yang tahu. Dengan berita kanker paru-
               paru stadium satu yang ia tutup rapat-rapat kecuali dengan Mamak, maka benar-benar tidak
               ada  yang  tahu  apa  yang  selalu  Laisa  pikirkan  saat  menatap  tangit  penghujung  malam.
               Menatap  bulan  dan  gemintang  di  Lembah  Lahambay.  Apakah  memang  sesederhana  yang
               selalu ia sampaikan kepada Dalimunte: Ia sudah terbiasa dengan kesendiriannya.
                   Dalimunte  tetap  berusaha  mencarikan  jodoh  buat  Kak  Laisa.  Tapi  tiga  tahun  terakhir
               intensitasnya tidak setinggi sebelumnya. Kak Laisa belakangan sepertinya tidak lagi terlalu
               bersemangat menanggapi pembicaraan tersebut. Hanya tersenyum. Tidak berkomentar. Dan
               celakanya, meski dengan konteks berbeda, lagi-lagi kejadian menyakitkan itu terulang.
                   Perjodohan yang gagal lagi.
                   Setahun  selepas  pernikahan  Ikanuri  dan  Wibisana,  Kak  Laisa  didekati  seseorang.
               Seseorang  yang  terlihat  begitu  baik,  warga  baru  lembah,  mengaku  pensiunan  dini  tentara,
               pindah  untuk  mencari  ketenangan  di  lembah.  Tinggal  di  kampung  mereka,  lantas  setelah
               enam bulan berinteraksi dengan penduduk lembah, bilang merasa tertarik dengan Kak Laisa.
               Usianya sudah 55 tahun, berbeda sebelas tahun dengan Kak Laisa, penuh perhatian, seolah-
               olah bisa menerima keterbatasan Kak Laisa apa adanya.
                   Dalimunte  awalnya  sudah  tidak  suka  dengan  orang  itu.  Apalagi  Mamak  (yang
               mengingatkannya  pada  masa  lalu).  Juga  yang  lain.  Yashinta  malah  terus  terang  kasar
               menyatakan keberatannya di depan orang tersebut. Semua terlihat terlalu sempurna. Terlalu
               banyak kebetulan. Dan terlalu lainnya. Tapi mereka tidak bisa mencegah proses itu. Apalagi
               meski Kak Laisa tidak terlalu bersemangat menanggapinya, proses itu terus mengalir seperti
               air.  Semakin  hari  semakin  dekat.  Mulai  mengajak  bicara  Mamak.  Dan  pelan  tapi  pasti
               rencana pernikahan itu mulai serius.
                   Beruntung. Kedok orang tersebut terbuka sebelum semuanya terlanjur kadung. Polisi dari
               kota provinsi menangkapnya. Dia penipu. Buronan. Sudah dua kali menipu di tempat lain.
               Menikah hanya untuk  menguras  harta istrinya. Pura-pura tertarik dengan  Kak  Laisa  hanya
               untuk menguasai perkebunan strawberry.
                   Entahlah apa ending seperti ini kabar baik atau kabar buruk bagi Kak Laisa. Yang pasti
               sejak  kejadian  tersebut,  Kak  Laisa  mulai  enggan  menanggapi  pembicaraan  perjodohan
               dengan  Dalimunte.  Ia  seperti  sudah  mengubur  dalam-dalam  keinginan  untuk  menikah.
               Melupakannya.  Kak  Laisa  seolah  sudah  bersiap  menerima  kalau  ia  memang  ditakdirkan
               hidup sendirian selamanya.
               Mungkin saja Kak Laisa sudah benar-benar terbiasa.

               37
               KAU ADIK TERSAYANG
               "ABI, Tante Yash ikut pulang, kan?" Intan yang duduk di ranjang besar menoleh, bertanya
               pada Dalimunte.
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114