Page 116 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 116

www.rajaebookgratis.com





               Laisa. Matanya berkaca-kaca. Sungguh ia sesak menahan kalimat itu. Kalimat yang tertahan
               seperempat  abad  lebih,  25  tahun.  Sungguh  sejak  di  kereta  ekspress  Eurostar  dia  takut tak
               sempat lagi mengatakannya.
                   Ikanuri  langsung  bersimpuh,  gemetar  menciumi  tangan  Kak  Laisa,  Wajahnya  buncah
               sudah oleh rasa sesal. Dan dia seketika menangis—
               "Maafkan Ikanuri.... Sungguh maafkan Ikanuri, Kak Lais.... Maafkan Ikanuri yang dulu selalu
               bilang Kak Laisa bukan kakak kami— ?" Dan Ikanuri tersungkur sudah. Tersedu.
                   Padahal saat itu Kak Laisa masih tertidur.

               39
               BAYI YANG DITINGGAL PERGI
               TERUS-TERANG,  mengungkit  masa  lalu  Laisa  bukanlah  bagian  yang  menyenangkan.
               Tetapi tidak adil jika kalian tidak tahu ceritanya. Apalagi untuk mengerti utuh semua kisah
               ini. Mengerti betapa Kak Laisa tulus melakukan semuanya. Maka, dengan melanggar janjiku
               kepada keluarga mereka, ijinkanlah aku menceritakannya.
                   Ikanuri benar. Kak Laisa bukan kakak mereka. Sedikitpun tidak memiliki hubungan darah
               dengan keluarga mereka.
                   Mamak  Lainuri  sebenamya  menikah  dua  kali.  Pernikahan  pertama,  dengan  lelaki
               pendatang di kampung atas. Saat umurnya baru enam belas tahun. Lelaki itu 24, duda dengan
               seorang bayi berusia enam bulan. Si kecil Laisa.
                   Wak Burhan, satu-satunya kerabat Mamak (karena Mamak Lainuri yatim piatu sejak usia
               sebelas  tahun),  amat  berkeberatan  dengan  pernikahan  itu.  Pernikahan  yang  keliru,  Mereka
               tidak  mengenal  baik  pemuda tersebut. Tidak  mengenal  keluarganya. Hanya wajahnya saja
               yang  terlihat  tampan  menyenangkan.  Tapi  itu  180  derajat  kontras  dengan  kelakuannya.
               Kecemasan Wak Burhan benar, duda dengan bayi mungil   itu memperlakukan Mamak sama
               seperti  memperlakukan  istri  pertamanya.  Kasar.  Suka  memukul  Berteriak.  Dan  kerjanya
               hanya  mabuk di kota  kecamatan Berjudi di  lapak-lapak pasar. Menurut bisik-bisik tetanga
               konon  istri  pertamanya  dulu  meninggal  juga  karena  ulahnya.  Tapi  tidak  ada  yang  bisa
               mencegah pernikahan tersebut. Dan tidak ada juga yang kuasa memperbaiki keputusan yang
               terlanjur dibuat. Entahlah mengapa Mamak amat menyukai pemuda itu (duda dengan bayi
               enam bulan pula).
                   Mamak sebenarnya mewarisi tanah cukup luas dan banyak perabotan dari orang-tuanya
               yang meninggal saat banjir bandang di sungai cadas lima meter. Tapi semuanya tergadai satu
               persatu  oleh  tabiat  judi  suaminya.  Dan  yang  paling  menderita  atas  tabiat  buruk  tersebut
               adalah  Laisa.  Bayi  berumur  enam  bulan  tersebut  pernah  jatuh  ke  dalam  baskom  air  saat
               berumur sembilan bulan. Terendam. Mamak yang pulang dari kebun amat terkejut melihat
               Laisa sudah membiru. Sedangkan yang bertugas menjaga justru tertidur dengan mulut bau
               minuman keras di samping ranjang.
                   Maka  rusuhlah  kampung  mereka.  Amat  cemas  Mamak  melakukan  apa  saja  untuk
               menyelamatkan  bayi  mungil  itu.  Seolah  bayi  itu  darah  dagingnya  sendiri.  Melakukan  apa
               saja. Dan ajaib, Laisa terselamatkan. Meski bayi montok dan lucu itu harus membayar mahal
               sekali. Karena sejak saat itu pertumbuhan Laisa mulai tidak normal. Saraf bicara, mendengar,
               kemampuan  berpikir,  dan  sebagainya  memang  tumbuh  normal.  Tapi  badan  Laisa  tumbuh
               lebih pendek dibanding teman seusianya. Wajahnya juga terlihat sedikil tidak proporsional.
               Soal rambut gimbal dan kulit hitam, itu mewarisi ayahnya. Ayah yang saat Laisa berumur
               dua tahun justru tega pergi begitu saja dari lembah tersebut. Tidak ada yang tahu kemana. Dia
               menghilang begitu saja setelah Mamak jatuh miskin, kehilangan tanah dan perabotan.
                   Menyedihkan sekali melihat bayi kecil itu ditinggal pergi. Membuat nestapa Mamak jadi
               sempurna. Sudah kehilangan suami. Mesti merawat bayi yang bukan darah dagingnya pula.
               Tapi Mamak menyayangi bayi kecil itu seperti anaknya sendiri. Lagi pula keputusan menikah
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121