Page 118 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 118

www.rajaebookgratis.com





               turun  menahan  rasa  sesak.  Dan  Wibisana  menambah  senyap  suasana.  Wibisana  ikut
               bersimpuh di samping Ikanuri. Ikut menangis.
               "Sungguh, maafkan Wibisana...."
                   Dan kamar Kak Laisa sempurna sudah menyisakan desau sepotong kisah suram masa lalu
               itu.  Bagi  Mamak,  melihat  semua  ini  seperti  mengembalikan  seluruh  kenangan  hidupnya.
               Masa-masa keliru. Masa-masa yang seharusnya ia isi dengan penjelasan. Tidak seharusnya ia
               menutupi kenyataan itu.
                   Bagi  Dalimunte,  melihat  adik-adiknya  bersimpuh  penuh  penyesalan,      mengembalikan
               seluruh  kejadian  di  sungai  cadas  lima  meter.  Dia  yang  melihat  Kak  Laisa  bekerja  keras
               terpanggang  matahari  di  kebun  jagung  demi  mereka.  Kak  Laisa  yang  berjanji  akan
               membuatnya terus sekolah. Yang boleh malu dan sakit itu Kak Laisa, bukan adik-adiknya....
               Bagaimana  mungkin  Kak  Laisa  bukan  kakak  mereka  dengan:  semua  itu?  Dalimunte  tahu
               persis kalau adik-adiknya suka bilang kalimat menyakitkan itu, tapi dia tidak pernah kuasa
               untuk  menegur.  Lagipula,  Ikanuri  dan  Wibisana  belum  mengerti.  Lihatlah,  bertahun-tahun
               saat sudah sekolah di kota provinsi,  saat adik-adiknya  mengerti,  mereka amat  menghargai
               Kak Laisa. Lebih dari siapapun.
                   Bagi Ikanuri dan  Wibisana,  jelas-jelas  semua  ini  mengembalikan kenangan  masa kecil
               mereka.  Perlakuan  buruk  mereka  kepada  Kak  Laisa.  Dan  perlakuan  sebaliknya  Kak  Laisa
               kepada  mereka.  Janji  sejuta  kunang-kunang.  Janji  kesempatan  yang  lebih  besar  di  luar
               lembah. Kak Laisa yang tidak pernah datang terlambat. Malam di lereng Gunung Kendeng....
                   Kamar itu menyisakan isak tertahan.
                   Tangan Kak Laisa gemetar mengangkat kepala adiknya. Mata itu menatap begitu tulus.
               Tersenyum,
               "Kakak selalu memaafkan kalian.... Kakak selalu memaafkan kalian.... Ya Allah, meski dunia
               bersaksi untuk menyangkalnya, meski seluruh dunia bersumpah membantahnya, tapi mereka,
               mereka selalu menjadi adik-adik yang baik bagi Laisa.... Adik-adik yang membanggakan...."
               Kak Laisa ikut menangis. Terbatuk. Bercak darah itu mengalir.
               Dan  kamar  itu  menyisakan  tangis  dua  sigung  nakal  yang  mengeras.  Semua  masa  lalu  itu,
               tidak  akan  pernah  bisa  dipisahkan  dari  kehidupan  mereka,  tidak  peduli  seberapa  baik
               kehidupan mereka sekarang.

               40
               PRIA UZBEK
               "SEMUA VIRUS, bakteri, dan sumber penyakit jahat lainnya selalu datang dari hewan liar,
               Miss Headstone — "
               Pria tinggi, kekar, dan tampan itu menyeringai. Mengangkat tangannya.
               "Kau tahu, virus flu pertama kali yang menyerang dunia tahun 1918, yang menewaskan 100
               juta orang, itu jelas mutasi virus flu dari hewan liar.... Sebagai ahli biologi, konservasi dan
               sebagainya aku pikir kau pernah diajarkan soal itu di bangku kuliah."
               "Aku tahu itu—" Yashinta menukas, tersinggung
               "Juga Ebola, HIV/AIDS yang berasal dari kera hutan pedalaman Afrika. Dan berarus-ratus
               penyakit  mematikan  lainnya....  Kau  tahu,  tahun  1960  virus  flu  bermutasi  lagi,  mematikan
               jutaan orang di seluruh dunia. Aku berani bertaruh, dengan siklus penyakit flu empat puluh
               tahunan tersebut, awal abad 21 nanti, mungkin 2008, 2010, empat puluh, lima puluh tahun
               dari 1960-an, juga akan terjadi mutasi flu dari hewan liar lainnya, dan itu kemungkinan besar
               dari unggas....  Membawa virus flu yang lebih mematikan, dan bisa jadi mengulang tragedi
               tahun 1918, ratusan juta meninggal. Jadi bagaimana mungkin kau akan membuktikan bahwa
               virus, bakteri, dan semua penyakit jahat itu tidak berasal dari hewan liar."
                   Goughsky nama pemuda itu, terlihat begitu menikmati perdebatan tersebut.
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123