Page 37 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 37

www.rajaebookgratis.com





               12
               BAGI MEREKA URUSAN INI SEDERHANA
               "DALIMUNTE sudah di mana?"
               "Sudah  naik  mobil  jemputan  perkebunan  strawberry,  bersama  Kak  Cie  Hui  dan  Intan."
               Ikanuri memasukkan telepon genggam ke saku. Merapatkan jaket hujan yang dikenakan.
                   Kereta ekspres itu berhenti persis di tengah hutan.
                   Di depan Sana belasan lampu sorot berkekuatan ribuan watt menerangi lokasi longsoran
               tebing. Hanya butuh setengah jam sejak longsoran itu terjadi, tim tanggap darurat kepolisian
               dan pasukan militer Swiss dari kota terdekat tiba di lokasi. Membawa alat-alat berat untuk
               membersihkan  tanah  liat  yang  menumpuk  sepanjang  lima  belas  meter.  Mereka  terbilang
               taktis dan gesit.  Ada  sekitar dua peleton pasukan di  sana. Tapi  hujan  yang turun semakin
               deras,  membuat  pekerjaan  semakin  sulit.  Apalagi,  baru  saja  bersih  lima  meter,  tebing  itu
               longsor lagi. Lebih banyak.
               "Signori, siete pregati di rientrare nelle carrozze, per favore? Senior, sebaiknya kalian segera
               masuk kembali ke gerbong, please?"
               Gadis berambut pirang, petugas berseragam yang melayani penumpang kabin kereta (macam
               pramugari di pesawat terbang) berteriak dari pintu gerbong dengan toa.
               Ikanuri menoleh, mendesis sebal.
               "epiu confortevole dentro— "
               Gadis itu membujuk lagi.
               "Sebentar Lagi—"
               Ikanuri yang bete sejak tadi, menjawab mengkal seruan itu ( dengan bahasa Indonesia pula).
                   Gadis itu mengernyit, tidak mengerti.
                   Mereka baru tiga jam dari Roma. Kereta beranjak melintasi perbatasan Swiss. Tidak bisa
               tidur,  meski  kabin  itu  amat  lega  dan  nyaman.  Saat  sedang  berusaha  menelepon  Yashinta,
               Mamak  Lainuri,  dan  Dalimunte  kereta tiba-tiba  berhenti.  Aneh.  Kereta  itu  kereta  express,
               mana  boleh  berhenti  sembarangan  macam  kereta  di  Indonesia.  Ada  apa?  Ikanuri  dan
               Wibisana  beranjak  keluar  dari  kabin.  Segera  mencari  tahu.  Dan  segera  pula  menyumpah-
               nyumpah (Ikanuri) saat tahu masalahnya.
                   Karena  sebal,  Ikanuri  dan  Wibisana  memutuskan  turun  dari  kereta,  ingin  melihat
               langsung pekerjaan pembersihan rel. Masinis berbaik hati meminjami dua jaket hujan besar.
               Malam  ini,  kereta  hanya  berpenumpang  tujuh  orang.  Penumpang  yang  lain  sibuk  tidur  di
               kabin masing-masing. Tidak peduli. Siapa pula yang mau hujan-hujanan di luar dengan suhu
               nyaris nol derajat celcius. Masinis itu malah santai menonton siaran live sepak bola Juventus-
               Manchester United dari teve mungilnya. Kejadian ini berkah baginya, dia jelas tidak boleh
               menonton saat menjalankan kereta.
               "Kau sudah telepon Yashinta lagi? Tersambung?"
               Wibisana mengangguk, sudah. Terus menggeleng, tidak tersambung.
               "Kenapa pula di situasi sepenting ini HP anak itu dimatikan?"
               Ikanuri  mendengus  jengkel.  Menatap  putus  asa  puluhan  petugas  kepolisian  dan  pasukan
               militer  yang  seliweran  membersihkan  rel  kereta.  Lihatlah,  dinding  tebing  itu  longsor  lagi
               setelah mereka berhasil memindahkan separuh tumpukan lumpur di atas rel.
                   Bisa tidak sih  mereka  berpikir  jenius seperti Dalimunte! sepuluh persen saja dari  otak
               hebat Dalimunte. Dinding tebing itu harusnya di tahan dulu. Diberikan konstruksi penahan,
               atau entahlah yang penting bisa mencegah longsoran baru. Baru dibersihkan rel keretanya.
               Kalau begini urusannya, masih butuh berjam-jam lagi kereta ini bergerak. Bah! Percuma juga
               mereka taktis dan gesit kalau melakukannya dengan bodoh.
               "Juwita dan Sekar sudah tiba di mana?"
               Ikanuri bertanya.
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42