Page 64 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 64

www.rajaebookgratis.com





               tinggi-tinggi.  Biarlah Dalimunte  yang sekolah. Lais  membantu Mamak  mencari uang  saja.
               Dengan begitu nanti Ikanuri dan Wibisana juga bisa sekolah.... Juga Yashinta...."
               Putri  sulungnya menyentuh lengannya.  Menatap dengan yakin dan mengerti benar apa yang
               telah dikatakannya.
                   Mulai  shubuh  itu,  Mamak  tahu  persis  satu  hal.  Laisa  yang  bersumpah  membuat  adik-
               adiknya sekolah menjadikan sumpah itu seperti prasasti di hatinya. Tidak. Laisa tidak pernah
               menyesali  keputusannya.  Tidak  mengeluh.  Ia  melakukannya  dengan  tulus.  Sepanjang  hari
               terpanggang  terik  matahari  di  ladang.  Bangun  jam  empat  membantu  memasak  gula  aren.
               Menganyam  rotan  hingga  larut  malam.  Tidak  henti,  sepanjang  tahun.  Mengajari    adik-
               adiknya  tentang  disiplin.  Mandiri. Kerja keras. Sejak kematian Babak diterkam harimau,
               Mamak  sungguh  tidak  akan  kuasa  membesarkan  anak-anaknya  tanpa  bantuan  putri
               sulungnya,  Laisa.  Semua  kesulitan  hidup  masa  kecil  itu.  Laisa  membantunya  melaluinya
               dengan  wajah bergeming. Wajah yang tidak banyak mengeluh.
                   Wajah yang sekarang terlihat amat lelah....
                   Terbaring lemah karena kanker paru-paru stadium IV. Penyakit yang disimpannya sendiri
               sejak sepuluh tahun silam. Karena ia tidak ingin merepotkan adik-adiknya. Bagi Laisa, yang
               berhak  merepotkan  itu adik-adiknya,  bukan dia.  Setiap kali  kunjungan dua  bulanan,  Laisa
               tetap riang menyambut anak-anak. Tertawa mengajak mereka melakukan banyak hal. Itu pula
               yang  membuatnya  bisa  bertahan  selama  ini.  Sepuluh  tahun  kanker  itu  seolah  tak  kuasa
               menggerogoti fisiknya.
                   Sayangnya, satu bulan yang lalu, seluruh energi dari penerimaan jiwa atas pilihan hidup
               yang hebat itu berakhir sudah. Kalah. Fisiknya tidak kuasa lagi, kanker itu sudah menjalar ke
               mana-mana. Meski semangat hidupnya masih tinggi, meski dengan semua spirit itu, tubuhnya
               tidak kuasa lagi bertahan. Maka didatangkanlah dokter dari kota provinsi (yang juga sepuluh
               tahun terakhir diam-diam merawatnya, hanya Mamak yang tahu). Juga peralatan medis, juga
               perawat-perawat  Kak  Laisa  satu  bulan  terakhir  bertahan  tidak  memberitahu  adik-adiknya
               hingga  tadi  pagi.  Satu  bulan  terbaring  tidak  berdaya.  Setelah  Mamak  membujuknya.
               Akhirnya pesan 203 karakter itu terkirimkan. Ketika ia merasa waktunya sudah tiba.
                   Tugasnya hampir usai.
                   Wajah yang sekarang terlihat amat lelah.
                   Meski tetapberusaha tersenyum didepan adiknya. Wajah yang menatap Dalimunte yang
               sedang memeluk pinggang Mamak, Dalimunte yang menangis—

               19
               BIARKAN KAKAK SENDIRIAN
               DUA HARI selepas Yashinta pulang batuk-batuk dari ladang, balai kampung ramai dipenuhi
               oleh  penduduk.  Sejak  lepas  shalat  isya.  Ada  pertemuan  di  balai.  Rombongan  mahasiswa
               KKN dari kampung atas datang. Tapi yang pergi ke balai hanya Laisa, Dalimunte, Ikanuri
               dan Wibisana. Mamak menjagai Yashinta yang gering. Batuk-batuk Yashinta dua hari lalu di
               ladang ternyata serius. Yashinta malah sudah tidak masuk sekolah dua hari. Tubuhnya panas.
               Hari  pertama  sakit,  gadis  kecil  itu  tetap  memaksa  berangkat,  percuma,  tiba  di  desa  atas
               kakinya  yang  gemetar  tidak  bisa  diajak  melangkah,  jatuh  pingsan.  Dalimunte  terpaksa
               menggendongnya pulang.
                   Dua  hari  berlalu,  sakit  Yashinta  semakin  parah.  Bergantian  mereka  menunggui.
               Mengompres.  Membuat  ramuan  dedaunan.  Rebusan.  Apa  saja  yang  lazim  dilakukan
               penduduk lembah unruk meredakan panas dan batuk. Malam ini, Mamak yang menunggui
               Yashinta.
                   Udara  lembah  terasa  dingin.  Sejak  sore  tadi  awan  hitam  berarak  memenuhi  langit.
               Akhirnya  setelah  dua  bulan  kemarau  menggantang  lembah,  hujan  nampaknya  akan  turun.
               Angin malam menderu kencang, pertanda bakal turun hujan lebat
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69