Page 72 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 72

www.rajaebookgratis.com





               "Ayo, kita pulang—"
               Kak Laisa pelan menarik tangan Dalimunte, tersenyum tulus. Tadi sepanjang hari ia benar-
               benar  bersalah  atas  keputusannya  mengganti  tanaman  di  ladang  delapan  bulan  silam.
               Seharian Laisa pergi ke kebun karena tidak kuasa menunggu Dalimunte di rumah membawa
               kabar  kelulusannya  seperti  Mamak  dan  yang  lain.  Tetapi  gerimis  ini  menumbuhkan  satu
               pemahaman baru baginya. Pembicaran senja ini menanamkan semangat baru.
                   Tidak.  Tentu  saja  urusan  ini  berbeda  dengan  dirinya  dulu.  Dalimunte  selalu  memiliki
               kesempatan  untuk  kembali  sekolah.  Tidak  sekarang,  tahun  depan  dia  akan  kembali
               melanjutkan sekolah di kota kecamatan. Sepanjang ia terus bekerja keras demi adik-adiknya.
               Kesempatan itu pasti akan datang.
               "Berapa nilai rata-rata ujian akhirmu?"
               Laisa bertanya, samil berjalan menyusuri jalan setapak yang sekarang licak oleh lumpur.
                   Dalimunte pelan menyebutkan angka, berusaha mengimbangi langkah gesit kakaknya di
               depan. Ujung-ujung semak bergoyang terkena gerakan mereka. Memercikkan bulir air yang
               menggelayut di ujung-ujung daunnya. Benang sari bunga   belukar   luruh,  menerpa  anak
               rambut.   Laisa tersenyum lebar mendengarnya. Jika ada yang bertanya siapa paling pintar di
               dunia ini, siapa paling pandai, maka ia akan menjawabnya dengan bangga itulah Dalimunte,
               adiknya.

               21
               PERKEBUNAN STRAWBERRY
               SEBENARNYA  dengan  segala  keterbatasan  Mamak,  ada  solusi  yang  lebih  baik  agar
               Dalimunte tetap bisa  melanjutkan  sekolah di  kota kecamatan. Ikanuri dan  Wibisana  yang
               memang  malas  sekolah  dengan  sukarela  menawarkan  diri  berhenti.  Tapi  demi  mendengar
               kalimat itu, Kak Laisa langsung melotot galak. Sekali dua sigung nakal itu berhenti sekolah,
               maka mereka tidak akan pemah kembali lagi. Ikanuri dan Wibisana ber-yaa kecewa. Yashinta
               yang masih kecil, malam itu juga menawarkan diri berhenti, berkata pelan sambil memainkan
               crayon 12 warnanya,
               "Biar Kak Dali saja yang sekolahh, anak laki kan harus sekolah. Yash, kan... Yash kan anak
               perempuan. Biar Yash yang berhenti...."
               Membuat  ruang  depan  rumah  kayu  butut  itu  lengang.  Mamak  pelan  mengusap  wajahnya.
               Kak Laisa menelan ludah.  Senyap. Tidak. Solusi  terbaik, tetap Dalimunte yang menunda
               sebentar sekolahnya.
                   Mamak membiarkan Laisa kembali menanami ladang mereka dengan  strawberry,   kali
               ini   malah   membiarkan seluruhnya ditanami.
               "Belajar dari kesalahan, Mak. Laisa tahu apa yang harus Laisa lakukan sekarang."
               Mamak tidak kuasa mencegah niat bulat sulungnya, apalagi Dalimunte ikut mendukung. Jadi
               kepalang  tanggung,  sukses  atau  gagal  seluruhnya.  Kak  Laisa  menanami  kembali  seluruh
               kebun mereka dengan strawberry.
                   Wak  Burhan  yang  mencoba  menasehati  Laisa  juga  mengalah.  Laisa  tetap  keukeuh
               memesan  bibit  strawberry  ke  universitas  tempat  kakak-kakak  KKN  dulu.  Kebun  mereka
               terlihat amat berbeda dibandingkan yang lain. Satu dua tetangga menatap ganjil. Ikut prihatin,
               bagaimana  mungkin  lembah  ini  ditanami  stober?  Stowber?  Beri-beri?  Ah,  menyebut
               namanya saja mereka susah.
                   Laisa benar, ia belajar banyak dari kesalahannya.
                   Empat bulan  berlalu, setelah  hari-hari terpanggang  matahari saat  menyiapkan polybag-
               polybag baru; mengejar-ngejar Ikanuri dan Wibisana yang masih saja bandel bolos sekolah;
               memasukkan pupuk kandang ke dalam polybag, meneriaki Ikanuri dan Wibisana yang sibuk
               mencuri  mangga,  membersihkan  gulma  dan  hama,    (dan  lagi-lagi  mengejar-ngejar  Ikanuri
               dan Wibisana yang tidak kapok-kapoknya bolos sekolah) lepas musim penghujan yang dulu
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77