Page 101 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 101

tinggal bertiga. Tetangga sudah pamit. Dilihatnya Yossi duduk termanggu
        memandang ayahnya yang terbaring lemah.
               “Yossi, kamu tidak sekolah?”
               Yossi mengelengkan kepala.
               “Kenapa  kamu  tidak  membangunkan  Mama?  Tidak  biasanya
        mama bangun kesiangan,” sesal Sutriani.
               “Yossi tahu mama baru tertidur di pagi hari. Semalaman mama
        tidak bisa tidur. Saat fajar Yossi keluar dan menunggu papa. Tetapi papa
        tidak  ada,  tetangga  mengatakan  kalau  papa  masih  di  laut  saat  badai
        akan  datang.  Dan  mereka  tidak  tahu  bagaimana  nasib  papa.  Saat  itu
        Yossi berpikiran buruk. Papa belum pulang karena ada sesuatu. Makanya
        Yossi terus menunggu papa dengan harap-harap cemas.  Beberapa jam
        kemudian Yossi melihat ketiting papa  melaju dengan lambat menuju
        pantai.  Tampak papa kepayahan mendayung. Yossi langsung berenang
        mendekati papa. Dan benar saja Yossi mendapati papa di ketiting dengan
        nafas tesengal-sengal. Wajah papa pucat pasi dan badannya menginggil
        kedinginan. Sungguh luar biasa dalam keadaan seperti itu papa masih
        mampu mengayuh ketiting sampai di rumah. Akhirnya Yossi mendorong
        ketiting.  Di  pantai  terpaksa  Yossi  minta  bantuan  Om  Martin  dan  Om
        Johan untuk memapah papa. “
               “Sejak  papa  berangkat  mama  sudah  mendapatkan  firasat
        buruk. Rupanya Papamu  terhantam badai. Puji Tuhan masih diberikan
        keselamatan.”
               “Mama makan dulu, ya. Sejak pagi belum makan apa-apa,” kata
        Yossi sambil menyodorkan nasi dan lauk untuk Sutriani. Mereka tidak
        sempat memasak, tetapi beberapa  tetangga mengirimkan makanan dan
        lauk yang cukup banyak. Mereka tahu kesulitan Sutriani dan mengirimkan
        makanan.  Yossi  makan sambil   sebentar-sebentar  memandang wajah
        papanya.  Setelah  melihat  Daud  masih  tidur  dengan  tenang,  ia  lebih
        tenang dan melanjutkan makan.
               Sutriani  makan pelan-pelan.  Pikirannya mengembara kesana
        kemari.
               “Yos…..”
               Yossi memandang Sutriani, menunggu kalimat lanjutan ibunya.


        Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com                   101
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106