Page 106 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 106

Saat Yance dan Johan mengajak pulang, papa pikir sebentar lagi.
        Tanggung, ikan lagi banyak.“ Daud tersenyum lebar.
               Wajahnya membayangkan  kembali ikan yang memenuhi ketiting.
        Sudah cukup lama Daud tidak mendapatkan ikan dalam jumlah banyak.
        Ia bersemangat sekali akan pulang membawa rejeki yang cukup banyak.
        Terbayang wajah  Sutriani gembira dan  bahagia  karena mempunyai
        sejumlah  uang  yang  cukup  untuk membayar hutang dan  sebagian  di
        simpan  untuk kebutuhan  mendadak.  Apalagi  dua  bulan  lagi  Sutriani
        akan merayakan natal. Baju baru dan kue-kue pasti bisa dibeli.
               “Tetapi tanpa terduga hujan begitu lebat datang dengan tiba-tiba.
        Dan tidak lama kemudian ada petir dan badai. Mungkin ketiting terlalu
        penuh dengan ikan, hingga sekali dihantam badai ketiting  terbalik. “
        Daud diam sejenak. Wajahnya tiba-tiba murung, semua harapan yang
        diimpikan sudah melayang.
               Sutriani meremas tangan Daud.
               “Papa harus  berjuang keras untuk tetap sadar dan  bertahan
        setelah  terlempar cukup  jauh.  Untung  saja  papa  mampu  berenang
        mendekati  ketiting  dan  dengan  sekuat  tenaga  membalikkan  ketiting.
        Rasa nyeri di kaki, badan ngilu dan sakit semua tidak terasakan.  Papa
        baru bernafas lega saat sudah masuk ke dalam ketiting. Beruntung hujan
        lebat sudah reda, badai tidak ada lagi. Tinggal rasa lelah dan sakit yang
        tinggal tersisa. Entah berapa lama papa tertidur, ketika bangun matahari
        sudah keluar. Tak ada yang tersisa selain dayung yang sempat papa raih
        saat jatuh ke laut. Badan ini  kedinginan dan rasanya tidak ada tenaga
        yang tersisa. Syukurlah dengan susah payah  berhasil mengumpulkan
        sisa tenaga dan mendayung perlahan sampai di pantai. Saat mendekati
        pantai, Yossi sudah  menjemput. Lega melihat Yossi, saat itulah  justru
        Papa sudah tidak kuat lagi dan  tidak ingat apa-apa. Tahu-tahu sudah di
        rumah.”
               “Papa pingsan cukup lama,” sambung Sutriani.
               “Ma, tidak ada ikan yang tersisa. Mesin, kail, jaring semua hilang.
        Semua hilang…..semua……” gumam Daud dengan sedih.
               Sutriani  menepuk  punggung  tangan  Daud  untuk  menguatkan.
        Senyuman di bibirnya menandakan keikhlasan  dan kepasrahan akan


        106                                 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111