Page 109 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 109
dinas tidak begitu jelas, tidak memihak kepada nelayan tetapi juga tidak
menolak keinginan nelayan. Sepertinya kepala dinas hanya ingin mencari
selamat saja.
Berulangkali ia mengatakan kalau penimbunan menjadi hak
pengembang ketika Pemkot Manado sudah memberikan ijin. Dan ijin
tersebut beralih tangan dari pengembang awal yang sudah melakukan
penimbunan pantai di sepanjang jalan Sario yang telah dipergunakan
sebagai lokasi perumahan dan mall. Masalah menjadi rumit karena
secara hukum masih ada ijin bagi pengembang yang pertama untuk
melakukan penimbunan pantai. Sementara pengembang berikutnya
sudah mendapatkan ijin untuk meneruskan penimbunan dari pihak
pengembang pertama. Dinas Tata Ruang Kota juga kesulitan untuk
menindak pengembang kedua. Dinas Tata Ruang Kota dan Dinas
Kelautan untuk sementara hanya bersedia mengambil peran untuk
menjadi mediator antara nelayan dengan pengembang. Tidak ada niat
baik untuk memihak kepada nelayan.
Budi mendengus kesal, belum banyak perkembangan yang
memuaskan untuk semua hal yang sudah mereka lakukan selama ini.
“Bud…Bud…Budi……”
Tak ada suara dari dalam rumah.
“Bud…Budi………….”
Si empunya rumah kelihatan kesal. Sedikit bersungut-sungut
sambil mengucek matanya. Tidurnya terganggu dengan kedatangan
tamu yang memanggilnya. Budi keluar dari rumah dengan pandangan
bertanya-tanya.
Lamatenggo berdiri dengan gemetar di depan rumahnya.
“Budi…”
“Ada apa?”
“Tambatan perahu, Bud. Tam…tambatan ….eng pohon….”
Budi memandang tetangganya dengan penuh pertanyaan.
Kesadarannya belum begitu pulih. Beberapa kali dia menguap.
“Itu, Bud. Pohon–pohon ….” Lamatenggo terbata-bata
memberikan penjelasan.
Kesadaran Budi mulai muncul. Tiba-tiba ada kekuatiran dihatinya.
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 109