Page 180 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 180
dahulu. Tidak enak kalau ini hanya masalah komunikasi saja. Nanti
teman-teman terlanjur mendengar masalah ini padahal belum tentu
prasangka kita benar.” Kata Budi.
“Kenapa begitu? Toh sudah ada buktinya,” Jantry masig
bersikukuh dengan pendapatnya tentang Daud.
“Iya, Jantry. Tapi semua perlu ada kejelasan terlebih dahulu.
Kasihan kalau berita ini tidak benar,” sahut Budi lagi.
“Aku sependapat dengan Budi. Lebih baik masalah dana itu
tidak sampai ke telingga teman-teman. Kalau memang masalahnya
sudah benar, tak mengapa. Kalau tidak benar, kasihan Daud,” tambah
Lamatenggo. Ia masih berprasangka baik kepada Daud. Sekian lama
mengenal Daud, ia tidak yakin temannya melakukan perbuatan itu. Tapi
apakah manusia tidak bisa berubah? Mungkinkan keadaan memaksanya?
Beberapa hari yang lalu SMS minta tolong pinjam uang kepadanya.
Tetapi ia memang tidak mempunyai simpanan uang, sehingga tidak bisa
membantu. Mungkinkan Daud..?
“Tolong Jan. Coba kita tunggu beberapa hari lagi,” kata Budi.
“Bud, besok aku akan menenggok Sutriani. Coba besok aku lihat
ya. Barangkali ada waktu untuk menyinggung masalah uang itu,” kata
Lamatenggo. Ia memang belum menenggok Sutriani selama sakit.
Setelah mempertimbangkan saran dari teman-teman, Budi
bersepakat akan menunggu hingga sampai seminggu kedepan. Setelah
satu minggu tidak ada keterangan dari Daud, Budi akan menanyakan hal
itu.
Jantry dan Lamatenggo sepakat dengan keputusan Budi. Mereka
akan ikut memantau kabar dari Daud.
**
Daud berkali-kali mengucapkan rasa syukur saat urusan asuransi
kesehatannya sudah selesai. Ia tidak perlu lagi pusing memikirkan
biaya untuk pengobatan istrinya karena asuransi pemerintah sudah
menanggung semua biaya pengobatan. Meskipun hanya bisa dirawat
dikelas tiga tetapi setidaknya ia lebih lega. Dengan membayar iuran
180 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com