Page 186 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 186

Sutriani  tak  mampu  membendung linangan air mata yang
        mengalir dari kedua pipinya. Isakan tangisnya mewakili kata-kata yang
        ia tujukan kepada suaminya. Sutriani tidak butuh jawaban Daud, sikap
        diam suaminya sudah menjawab pertanyaan yang ada dibenaknya.

               Penyesalan  datang bertubi-tubi  menghantam dada  Sutriani
        membuatnya terasa sesak bahkan nyaris mampu menghentikan nafasnya.
        Untuk sesaat Sutriani merasakan penyakitnya telah datang menyerang
        disaat yang genting ini. Berkali-kali Sutriani berusaha untuk mengatur
        nafas dan bersikap lebih tenang. Pesan dokter agar dirinya menghindari
        panik dan bersikap lebih santai tergiang di telingganya. Sutriani memaksa
        dirinya  agar  bersikap  biasa  saja  agar  tidak  terkena  serangan  jantung.
        Dipejamkan matanya sambil duduk di kursi. Tak sanggup  dia berkata-
        kata lagi karena setiap kata yang dikeluarkan pastilah berisi emosi. Apa
        yang dilakukan suamiku? Kenapa ia tega  menjual  harta yang sangat
        berharga milik keluarga ini? Hanya inilah satu-satunya barang berharga
        yang mereka miliki, bahkan mereka berdua sudah bersepakat tidak akan
        menjual  perhiasan  itu  meskipun  sangat membutuhkan.  Kalung  dan
        gelang diberikan Daud sebagai mas kawin saat mereka menikah, dan
        itu perhiasan warisan dari orangtua Daud. Hanya dengan perhiasan itu
        Daud mempunyai harapan untuk bertemu dengan keluarganya kembali.
        Hanya itulah satu-satunya. Selama ini meskipun hidup mereka acapkali
        dibelit kesulitan, mereka tidak pernah berpikir akan menjual perhiasan
        warisan  itu.  Kenapa  Daud  tega  menjualnya  tanpa  memberitahukan
        bahkan  minta  pertimbangan  darinya?    Apakah  dirinya  sudah  tidak
        berarti lagi bagi suaminya? Kenapa Daud tega melakukan itu? Sutriani
        tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Daud. Rasa kecewa tak bisa
        ia singkirkan dari hatinya. Apalagi saat dilihatnya Daud tanpa berkata
        apa-apa lagi melangkah pergi meninggalkan rumah. Tidak ada sapaan,
        tanpa pamitan, tidak juga ada  senyuman dan tak ada penjelasan apapun
        dari mulutnya. Wajah Daud terlihat pucat dan layu ditimpali wajah beku
        tanpa ekspresi.
               Sutriani  tidak  berminat  untuk  menanyakan  kemana  suaminya
        akan  pergi.  Ditatapnya  punggung  Daud  yang  semakin  lama  semakin


        186                                 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191