Page 187 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 187

menghilang lenyap di kelokan jalan. Tak ada gunanya berharap Daud
        akan menceritakan semua yang telah ia lakukan.
               Sutriani menghapus butiran bening di pipinya dengan punggung
        tangan  sambil  merebahkan  tubuhnya  di  kasur  tipis.  Berkali-kali  kotak
        kayu  ditimang-timang  dan  dibuka.  Beberapa  waktu  yang  lalu  masih
        ada gelang, kalung dan cincin kawin Daud. Sutriani lupa kapan terakhir
        ia  membuka kota  kayunya.  Jadi  kapan  perhiasan  itu  berpindah  dari
        kotak, Sutriani tidak tahu pasti. Untuk apa Daud mengambil perhiasan?
        Apakah Daud demikian membutuhkan uang sehingga harus mengambil
        perhiasan tanpa seijinnya?
               “Ma, ini kalung dan gelang pemberian dari nenek buyutku. Inilah
        satu-satunya barang berharga yang kita punya. Perhiasan ini juga satu-
        satunya penghubung antara Papa dengan keluarga di Jawa. Kita berharap
        perhiasan ini bisa kamu simpan dengan baik. Apapun yang terjadi tolong
        diusahakan  jangan  sampai  menjual  perhiasan  ini.”  Tergiang  kata-kata
        Daud  saat  memberikan  hadiah  pernikahannya.  Sutriani  berjanji  akan
        menyimpan pemberian Daud dengan baik dan tidak akan menjualnya.
        Dia sangat paham kalau Daud sangat berharap ingin bertemu kembali
        dengan keluarganya di Jawa. Hanya melalui perantara perhiasan itulah
        Daud mengharapkan bisa berkumpul dengan keluarga.
               Pasti ada alasan kuat sampai Daud menjual perhiasan ini, batin
        Sutriani.
               Deg,  tiba-tiba  Sutriani  teringat  dengan  biaya  pengobatannya.
        Apakah Daud menjual untuk membiayai pengobatannya?
               Sutriani bangkit dan mengambil tas plastik berkop nama rumah
        sakit tempat dia dirawat. Setumpuk kwitansi dan rekap biaya pengobatan
        dibukanya  dengan  tergesa-gesa. Baru kali ini Sutriani melihat langsung
        jumlah biaya pengobatanya saat di Rumah Sakit. Selama ini Daud selalu
        mengelak dan tidak mengijinkan ia mengetahui biaya pengobatannya.
        Mata Sutriani nanar ketika melihat deretan angka yang tertera. Delapan
        angka  yang  berjejer  dengan  besaran  yang  tidak  pernah  dibayangkan
        selama  ini.    Daud  hanya  mengatakan    ada  teman  yang  memberikan
        pinjaman  ditambah  kiriman  dari  Yongki.  Tetapi  tidak  mungkin  kalau
        temannya memberikan pinjaman   begitu  banyak. Sementara Yongki


        Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com                   187
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192