Page 198 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 198
17
Kehilangan Belahan Jiwa
Mata Sutriani basah. Sudah tidak terhitung lagi tetesan
airmatanya tidak berhenti mengalir. Berkali-kali ia berusaha menerima
kenyataan. Ratusan kali kalimat-kalimat hiburan dari anak-anaknya dan
kerabat serta tetangga tidak surut. Tetapi ratusan kali semuanya masuk
telingga kanan dan keluar telingga kiri.
Sutriani terus meratap. Ia tidak bisa menerima kenyataan pahit
harus kehilangan Daud. Beribu harapan bagi bersemanyam dihati,
tetapi berharap suaminya akan kembali. Toh, mayat Daud tidak pernah
ditemukan.
Tim SAR dan para nelayan sudah menyerah. Lebih dari seminggu
mereka berjibaku mencari keberadaan Daud tetapi tidak pernah
ketemu. Hampir semua tenaga nelayan baik dari Malalayang, Sario,
Karang Ria dan tempat lain dikerahkan untuk membantu, tetapi tidak
ada tanda-tanda akan bertemu dengan Daud. Bahkan berbagai ritual
telah dilakukan untuk mencari titik terang keberadaan Daud, hasilnya
juga nihil. Daud bagai hilang ditelan pekat malam.
Seorang nelayan hanya sempat menemukan sebuah dayung
yang diduga milik Daud. Dayungnya terbawa arus air laut hingga bisa
menepi.
Butuh waktu lama sampai Sutriani lebih tabah dan tidak lagi
berurai air mata. Sekitar dua bulan sejak Daud hilang, Sutriani terlihat
lebih sabar. Meskipun matanya lembab tetapi senyumnya mulai
menghiasi bibirnya. Bahkan Sutriani mulai bekerja. Kali ini ia bekerja
membantu mengeringkan ikan milik tetangganya. Sesekali ia mencari
kerang untuk dirangkai menjadi souvenir. Sutrinai juga mulai sesekali
membantu Anggi menimbang ikan tangkapan nelayan. Anggi berbaik
hati memberikan pekerjaan kepadanya karena tahu kesulitan Sutriani.
Hidup harus berjalan, masih ada Yossi yang menjadi tanggungjawabnya,
pikir Sutriani getir.
Sesekali Sutriani mulai bergabung dengan nelayan di daseng
Sario. Ia butuh berkumpul dengan ibu-ibu istri nelayan. Ada beberapa
198 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com