Page 64 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 64
Pantai masih gelap. Udara dingin terbawa angin menerpa wajah
Yossi, tak menghentikan langkah kakinya. Ia sudah bersahabat dengan
dinginnya pantai, bahkan dia sudah merasakan sejak bayi. Baginya pantai
inilah yang mampu memberikan kehidupannya dan menyediakan apa
yang dia butuhkan. Dari kakek nenek sampai ke orangtuanya hidup dan
mengantungkan dari kemurahan laut yang menyediakan pangan yang
mereka butuhkan. Pantai menjadikan tempat keluarganya berteduh dari
hujan dan panas matahari. Meskipun rumah mereka dianggap tidak syah
karena tidak mempunyai bukti kepemilikan, tetapi sepanjang hidupnya,
dia akan menganggap inilah istana keluarga. Tak ada yang seindah hidup
nyaman dalam istana yang dibangun diatas fondasi cinta kasih kedua
orangtuanya.
Yossi memang tidak berniat untuk meneruskan pekerjaan ayahnya
menjadi nelayan. Ia merasakan sendiri betapa susahnya hidup sebagai
nelayan. Kerja keras memeras keringat yang dilakukan setiap malam
dengan penuh pengorbanan dan pertaruhan nyawa karena terombang
ambing ombak di tengah lautan, bukan pekerjaan yang mudah. Sering
ayahnya kedinginan sendirian di atas ketiting ditengah lautan menunggu
ikan-ikan tertarik dengan jaringnya. Lebih dari sepuluh jam setiap malam
duduk di atas ketiting bukanlah keadaan yang menyenangkan.
Yossi sendiri beberapa kali mengikuti ayahnya dan tahu persis
betapa luarbiasanya perjuangan ayah untuk menghidupi keluarga.
Belum lagi kalau musim penghujan harus kehujanan dan kedinginan
ditengah lautan. Hanya bunyi desiran angin dan deburan ombak
yang menemani. Di tengah lautan sulit melihat daratan, sejauh mata
memandang hanya hanya ada air dan air. Yossi bertekad untuk mencari
pekerjaan yang lebih baik, setidaknya tidak bekerja sebagai nelayan
seperti kakek dan ayahanya. Tekadnya sudah bulat, kelak setelah lulus
SMP untuk meneruskan pendidikan di SMK mengambil jurusan mesin.
Ia kelak ingin bekerja dengan ketrampilan mengelola mesin entah di
perusahaan atau menciptakan mesin yang bisa membantu meringankan
kerja nelayan dengan bahan bakar yang hemat sehingga nelayan tidak
harus mengeluarkan biaya besar untuk melaut.
Dengan kaki telanjang, Yossi melangkah panjang-panjang. Batu-
64 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com