Page 65 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 65
batu kerikil di sepanjang rumah nelayan berbunyi, saling beradu terkena
pijakan kaki. Kakinya terasa nyaman saat menapaki batu kerikil, terasa
di pijat-pijat. Hamparan kerikil di depan rumah penduduk Kampung
Malalayang sudah ada sejak kampung ini dibangun. Menurut papanya,
kerikil segaja di pasang untuk mengantisipasi pencuri yang masuk
ke kampung. Meskipun kampung nelayan, tetapi dahulu konon ada
pencuri yang mengambil ikan nelayan yang sedang di jemur. Karena
sering kecurian, maka nelayan di kampung sepakat untuk meminimalisir
pencurian dengan memasang hamparan batu kerikil di sekitar
rumah. Batu kerikil kalau di injak akan berbunyi. Meskipun orang yang
berjalan di atas batu berusaha pelan, tetapi tetap saja batu kerikil akan
mengeluarkan bunyi. Dan terbukti berkat batu kerikil tersebut pernah
ada seorang pencuri yang tertangkap. Dan sejak saat itu Kampung
Malalayang lebih aman.
Selain mengurangi pencurian, batu kerikil sebenarnya juga
dimaksudkan untuk refleksi kaki. Warga bisa berolahraga dengan
menginjak batu kerikil yang tersebar sepanjang kampung. Sungguh cara
sederhana tetapi bermanfaat bagi kesehatan warga. Karen bagi warga
nelayan, olahraga jarang sekali mereka kerjakan. Waktu yang tersisa
setelah kerja digunakan untuk istirahat melepas penat dan menghimpun
tenaga untuk esok hari.
Sebagian rumah nelayan tampak sudah ramai, bahkan beberapa
sudah mulai keluar rumah. Kebiasaan setiap pagi untuk menjemput para
suami pulang dari melaut.
“Pagi Tante Meike.” Sapa Yossi.
“Hai, Yoss. Pagi. Mau ke mana?”
“Jemput papa,” jawab Yossi pendek.
“Mama mana?”
“Lagi nggak enak badan.”
“Belum enakan Yoss?”
“Iya, Tante. Jo, kita duluan. “
“Mari jo, kita juga mau jalan nich.” Kata Meike.
Yossi bergegas menuju ke barat. Dari kejauhan sudah tampak
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 65