Page 67 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 67
David mengangkat bahu, memperlihatkan tempat ikannya yang ternyata
tidak lebih baik dari Daud.
“Ya, masa sulit,” kata Dirman lemah.
“Kau nggak dapat banyak juga, Man?” Johan ikut berbicara.
“Sama saja.”
“Wah, hasil melautnya sama, ya. Torang mesti bisa berhemat,”
kata Meiki sambil menjinjing ikan hasil tangkapan Johan suaminya.
“Besok torang pergi lebih jauh lagi,” kata David disambut
anggukan kepala Daud dan Johan.
“Tumben Ross baru datang, tu.” Kata Meike ketika melihat Ross,
istri David setengah berlari menuju suaminya.
Yossi segera membantu ayahnya, membuka alas plastik yang
digunakan untuk alas ikan. Semua ikan di tumpahkan, kemudian dengan
cepat tangannya memilah ikan besar dan kecil. Lembaran plastik besar
itu kelihatan kosong karena tidak terlalu banyak ikan yang didapatkan.
Semua ikan harus di pisahkan, ikan besar disatukan dengan yang besar,
sementara ikan yang sedang di jadikan satu dengan yang sedang dan
kecil-kecil dijadikan satu dengan ikan ukuran kecil. Harga ikan besar,
sedang dan kecil berbeda. Pengepul yang datang akan membeli ikan
besar dan kecil dengan harga yang berbeda. Sementara ikan kecil-
kecil akan di keringkan sendiri untuk dibuat ikan asin dan akan dijual
tersendiri.
Tetangga melakukan hal yang sama seperti Daud dan Yossi,
memilah ikan sambil menunggu pengepul datang.
Kampung Malalayang tidak mempunyai tempat penjualan
ikan resmi. Tidak ada pilihan lain bagi nelayan selain menjual kepada
pengepul yang datang setiap pagi. Sebenarnya kalau nelayan mau
sedikit bersusah payah bisa menjual ikan langsung ke pasar atau ke
Tempat Pelelangan Ikan. Tetapi jarang yang mau melakukan keduanya
karena tempatnya lebih jauh.
Beberapa nelayan sudah mulai berdatangan dari laut, menepi,
mengikat ketiting mereka dan memilah ikan seperti yang dilakukan
Daud. Pantai mulai ramai di pagi buta dan seperti inilah kebiasaan
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 67