Page 69 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 69
“Ikannnya masih nggak terlalu banyak, Kak,” kata Angie, sambil
menimbang ikan yang diperoleh Daud.
Angie di bantu oleh seorang asistennya, Jim. Tangan Angie
bergerak cepat mencatat berat ikan yang ditimbang Jim. Angie melakukan
semua dengan cepat karena sudah terlatih bertahun-tahun membeli
ikan dari nelayan. Angie juga sudah dianggap keluarga oleh nelayan
Malalayang. Mereka percaya saja, tanpa ikut memeriksa timbangan.
“Ini sudah susah payah semalaman di laut. Ya beginilah hasilnya,”
kata Daud.
“Tujuh kilo sama 2 kilo.” Tangan Angie membuka tas kecil yang di
kaitkan di pinggang. Mengambil selembar uang seratus ribu, selembar
duapuluh ribu dan selembar lima ribuan.” Ini, kak. Yang tujuh kilo seratus
lima, ikan kecilnya duapuluhribu,” kata Angie sambil menyerahkan uang
seratus duapuluhlima ribu kepada Daud.
“ Nggak di tambah dikit, Ngie.”
“Wah, itu sudah bagus, kak. Ini yang besar juga campur dengan
ikan sedang juga.”
“Ya, nambah dikit buat beli rokok, “ kata Daud pasrah sambil
menerima lembaran uang dari tangan Angie.
Saat mau berlalu, Angie berbalik dan menyerahkan selembar
uang sepuluh ribu kepada Daud. “ Nitip buat kak Sutriani, buat beli buah.
Maaf nggak bisa mampir.”
Daud mengangguk.
Harga jual ikan besar perkilonya Rp 15.000, sementara ikan kecil
dihargai Rp 10.000. Kalau dijual ke pasar harga jualnya perkilo bisa
sampai Rp 20.000-22.000. kalau dihitung lumayan besar laba yang di
peroleh pengepul. Tetapi memang pengepul harus mempunyai modal
uang banyak, untuk membeli ikan nelayan juga membeli mobil box
untuk mengangkut ikan.
**
Setelah berbincang-bincang sebentar, para nelayan pulang ke
rumah masing-masing. Daud membawa lampu petromak dan peralatan
mencari ikan, sementara Yossi membawa ikan kecil dan seekor ikan
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 69